Buku

Ternyata Belum Sampai Dasar

Pada tanggal 23 Februari 2009 lalu, George Soros, salah satu legenda hidup sektor financial berbicara di depan para jurnalis sambil mempromosikan buku terbarunya, “The New Paradigm for Financial Markets.”

Ini adalah buku karangan George Soros yang ke-10. Dalam buku ini, George Soros menguraikan secara detail bahwa saat ini, kondisi finansial global belumlah berada di dasar jurang keterpurukan. Masih terus tenggelam.

Tahun 1998, George Soros kabarnya telah pula menyatakan mengenai gambaran krisis global yang terjadi kali ini. Bahkan dalam gambaran tahun 1998 tersebut, tidak seburuk kenyataan yang terjadi saat ini. Maka, George Soros nampaknya terpancing untuk mengulas lebih mendalam, mengapa Global Economic Collapse dapat sedemikian parah.

Grandinite, sebuah blok milik Aaron Braaten, seorang analis finansial dengan jelas menggambarkan situasi mutakhir kondisi perekonomian dunia saat ini (lihat grafik). Disebutkan bagaimana masih beberapa momentum lagi ke depan bagi dunia untuk mencapai dasar jurang, sebelum tentu saja terjadi pembalikan arah dan signal pemulihan mulai nampak. Mengapa Aaron Braaten memiliki pendapat sebagaimana digambarkan dalam grafik tersebut?. Salah satu tolok ukurnya adalah bagaimana indeks bursa saham global dipasar dunia nampak begitu fragile. Bagaikan gelas tipis yang mudah pecah berantakan.

Ketika menjelang akhir tahun 2008 banyak pengamat ekonomi menyebutkan DJIA (Dow Jones Industrial Average) akan menyentuh kisaran 6.000-an, banyak yang meragukan proyeksi tersebut. Sebab di Amerika Serikat sedang terjadi euphobia besar terkait terpilihnya Barack Obama sebagai Presiden AS dan dianggap membawa angin perubahan. Nyatanya, pada saat ini, DJIA mulai menari-nari di kisaran di bawah 6.750 dengan trend masih menurun. Jika proyeksi DJIA berada di kisaran 6.000-an atau bahkan lebih rendah lagi, maka dapat dipersepsikan apa yang dinyatakan oleh George Soros serta yang digambarkan oleh Aaron Braaten merupakan fakta. Fakta mengkhawatirkan yang harus diantisipasi. Bukan menjadikan pebisnis putus asa, tetapi mencari solusi dalam kondisi runyam. Mencari celah pemecahan dengan bekal informasi, masih terbuka peluang kondisi makin buruk.

Aaron juga  menyatakan, rentetan keruntuhan setidaknya dapat dijelaskan dalam 5 stage :

  1. Stage 1 : Financial Collapse
  2. Stage 2 : Commercial Collapse
  3. Stage 3 : Political Collapse
  4. Stage 4 : Social Collapse
  5. Stage 5 : Cultural Collapse
Dewasa ini dibeberapa negara, taraf keruntuhan atau kerusakan telah mencapai stage 3. Terjadi instabilitas politik. Tingkat kepercayaan publik kepada Pemerintah semakin hari semakin merosot. Apapun langkah Pemerintah dianggap sebagai sebuah kesalahan dan kondisi bagaikan genangan bahan bakar yang tinggal menunggu percikan kecil api yang memicu kebakaran hebat. Jika stage 3 telah terlampaui maka stage-stage berikutnya akan segera terpacu. 5 tahap pendapat Aaron Braaten ini cukup mengkhawatirkan, terutama bagi Indonesia, sebab pada saat dunia sedang begitu heboh memikirkan bagaimana caranya menahan gejolak krisis finansia, Indonesia memasuki era pemilihan umum dimana hampir otomatis orientasi fokus Pemerintah pecah. Apalgi ditambah dengan jenis pemerintahan koalisi multi-partai.
Apakah menjadi pesimis?

Setelah menggambarkan bahwa saat ini dunia sedang dalam proses keterpurukan dan belum lagi mencapai dasar jurang, baik George Soros maupun Aaron Braaten sepakat mengenai daya hidup “struggle of life” manusia sebagai makhluk paling pandai dan paling mampu survive dengan menggunakan daya pikirnya akan menemukan jalan untuk keluar dari masalah.

Apalgi masalah adalah terkait dana. Toh dana atau asset dapat dicari. Dan saat ini yang muncul kepermukaan adalah badai kesulitan likuditas yang akut. Ini lebih mudah diatasi, jika dibandingkan misalnya gelombang dahsyat tsunami, bencana alam, penyakit atau hama yang memusnahkan komoditas pangan global. Saat ini, yang menjadi inti masalah adalah bagaimana dunia mencari solusi dalam mencari solusi dana. Itu bukan perkara yang terlalu mengerikan. Sangat sulit, sangat kompleks, tetapi dapat dipecahkan. Yang pasti tidak ada istilah jalan-buntu, dead-end, demikian tegas Aaron.

Inti dari pendapat Aaron tersebut adalah manusia pasti akan menemukan cara untuk keluar dari kesulitan dengan terus berusaha. “Jika pada kondisi normal, indeks kinerja kita hanya pada kisaran 40 dan sukses. Maka kini, indeks kinerja harus ditingkatkan menjadi 100. Kira-kira demikian penjabarannya. Menjadi pesimistis malahan lebih membahayakan lagi.

Tatanan Dunia Baru

Diproyeksikan, setelah dunia menyentuh dasar dan kemudian terjadi pemulihan. Maka pemulihan kali ini sifatnya akan sangat berbeda, terutama terkait tatanan ekonomi dunia. Akan muncul sikap ultra hati-hati dari sektor finansial ditunjang pula oleh regulasi ketat untuk menciptakan kondisi dimana tingkat risiko ditekan serenah-rendahnya.

Dunia sudah mendapat pelajaran bahwa krisis finansial kali ini diakibatkan oleh perilaku sembrono para MBA (Master of Business Administration) yang kelewat inovatif dalam menciptakan produk-produk finansial beresiko. Tatanan dunia baru yang dihasilkan merupakan komitmen dari seluruh pemain hingga otoritas keuangan global. Dari pribadi hingga korporasi. Bencanan finansial global kali ini memberi banyak pelajaran dan merevisi hampir semua teori-teori bisnis

 

(source : Business News)

 

ÂÂ