Buku

Indonesia, Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara

Jika Anda terpesona dengan buku 'Atlantis: The Lost Continent' karya Arysio Santos yang menyebutkan Indonesia adalah Atlantis yang hilang, Anda juga perlu membaca 'Eden In The East'. Indonesia kembali disebut sebagai pusat dunia.
Adalah Stephen Oppenheimer, seorang dokter dan peneliti dari Universitas Oxford, London, Inggris, yang menulis buku Eden In The East ini. Namun jangan dikira kalau ide Oppenheimer ikut-ikutan Arysio Santos, penulis buku Atlantis.

Oppenheimer dan Santos sama-sama mencari asal peradaban di akhir Zaman Es. Namun Oppenheimer sama sekali berangkat dari titik yang berbeda dengan Santos dalam menyusun bukunya.

Jika Santos membedah legenda Atlantis, maka Oppenheimer meneliti dari sudut pandang kedokteran, geologi, linguistik, antropologi, arkeologi, linguistik, dan folklore. Tidak hanya itu, Oppenheimer yang aslinya adalah dokter, juga mengembangkan teori asal muasal penyebaran DNA manusia.

Tulisan Oppenheimer diperkaya lagi dengan pengalamannya menjadi dokter di sejumlah negara Asia Tenggara. Penelitian dan kontak langsung dengan sejumlah suku mulai dari Dayak di Kalimantan, sampai sejumlah suku di Papua, meyakinkan dia kalau pusat peradaban dunia pada akhir Zaman Es ada di Indonesia dan sekitarnya.

Yang menarik, Oppenheimer mengumpulkan kisah dan legenda bertema banjir dari berbagai belahan dunia. Mulai dari banjir Nabi Nuh sampai dongeng banjir bangsa-bangsa Polinesia. Oppenheimer yakin banjir Nabi Nuh bukan sekadar kisah kenabian, melainkan sebuah fakta sejarah.

Banjir ini menenggelamkan sebuah benua yang dia sebut Sundaland. Sejak saat itu, manusia mengungsi dan bertebaran di muka bumi. Sundaland itu menurut Oppenheimer adalah Indonesia, ditambah Semenanjung Malaysia dan Laut China Selatan yang dahulu adalah daratan.

Nah, buku Eden In The East kini sudah diterbitkan di Indonesia oleh penerbit Ufuk Press. Jika Anda peminat buku tema-tema sejenis, buku ini cocok untuk menjadi teman Anda untuk menyambut akhir pekan.