Fokus

Dana Abadi ITS (Sementara) Terkumpul Rp3 Miliar

Inilah reportase penggalangan dana abadi IKA ITS 20 Februari 2008 di Grand Hyatt, Jakarta.
Begitu didaulat maju ke depan, Cak Anas Rosyidi (Teknik Elektro) langsung meraik mike dari tangan pembawa acara Ning Siti Musrifah (Imus – Teknik Kimia). ”Nek wis tuwek koyok awak-awak ngene iki duwek miliaran ga penting. Sing penting…pas pengen tuku opo-opo iku ono duwek nang dompet,” kata Direktur PT Semen Baturaja ini.

Tak pelak sekitar lebih dari 42 orang yang berkumpul di Ruang Krakatau, Hotel Grand Hyatt, Jakarta ngakak. Para alumni ITS itu kian terbahak ketika Cak Anas berkata,”Duwek miliaran iku ga bakalan sampeyan-sampeyan gowo mati. Sing digowo mati iku yo dana sing sampeyan setor gawe dana abadi IKA ITS iki. Nek nyetor tak dungakno sampeyan kabeh tambah sugih.”

Begitulah. Suasana pengumpulan dana abadi untuk IKA ITS yang digelar pada malam tanggal 20 Februari 2008, memang begitu cair. Malam itu, Pengurus Pusat Ikatan Alumni ITS Surabaya mengumpulkan sejumlah alumni untuk menggalang dana abadi.Sebelum dikumpulkan, wacana adanya pengumpulan dana abadi ini sudah diwacanakan dalam mailing list alumni maupun situs alumni. Dana abadi yang terkumpul tidak akan ditempatkan dalam bentuk deposito seperti biasanya. Pengurus Pusat menggandeng PT Bahana Sekuritas untuk mengelola dana yang terkumpul. Bahana dipilih antara lain telah berpengalaman mengelola dana sejenis dari Ikatan Alumni ITB, UI, dan IPB.
 
Menurut Pak Lubis dari PT Bahana, ada empat cara bagi alumni yang ingin berinvestasi untuk dana abadi tersebut. Pertama, cara reguler, yakni alumni menyetor sejumlah dana seperti halnya pembeli reksa dana biasa. Keuntungan dari dana yang disetor akan dimiliki alumni semuanya. IKA ITS hanya akan mendapat bagian dari manajemen fee. Dana yang disetor itu tetap menjadi milik alumni, dan bisa diambil kembali.
Cara kedua disebut dengan cara kelas silver. Keuntungan dari dana yang disetor alumni akan dibagi 50:50 dengan IKA ITS. Dana yang setor tetap menjadi milik alumni, dan bisa diambil kembali.
Cara ketiga dimasukkan dalam kategori kelas gold. Melalui cara ini, alumni yang menyetor dananya, tidak mengambil keuntungan sama sekali, alias keuntungan dari pengelolaan dana seluruhnya diberikan kepada IKA ITS. Dana yang disetor tetap menjadi alumni, dan bisa diambil kembali.
Cara keempat disebut dengan cara kelas platinum. Cara ini murni donasi/hibah. Jadi baik dana yang disetor maupun keuntungan dari pengelolaan dana tersebut, seluruhnya diberikan kepada IKA ITS.
Menurut Pak Lubis, dana yang terkumpul akan diputar untuk membeli surat utang atau obligasi. Produk ini dipilih karena risiko kerugiannya tergolong kecil, dibanding dengan jika diputar di lantai bursa saham. Dia juga mengungkapkan,”Keuntungan baru didapat setelah setahun kemudian.”
Cak Rudi Purwondo (Mesin) dan Cak Djoko Eko Prastowo (Sipil) mempertanyakan bagaimana dengan status dana yang masuk kategori platinum. Mereka akhirnya mengusulkan agar dana yang masuk katogori platinum ini disetor dulu ke IKA ITS, lalu IKA ITS yang membikin perjanjian dengan pihak Bahana. Usul ini disetujui forum.
 
Mereka juga menanyakan, berapa manajemen fee yang diambil pihak Bahana. Pak Lubis menjawab,”manajemen fee untuk pengelolaan dana adalah 1% dari dana disetor yang dibagi 50% untuk Bahana dan 50% untuk IKA ITS. Kenapa IKA ITS (seperti organisasi lain mendapatkan manajemen fee), karena adanya opsi Investasi Regular. Dimana seluruh dana pokok dan hasilnya dikembalikan ke alumni ITS, sehingga IKA ITS mendapatkannya dari manajemen fee.
 
Setelah penjelasan dirasa cukup, penggalangan pun dimulai. Ning Imus (Kimia) dan Cak Agus Lengky (Elektro) yang bertindak sebagai pembawa acara malam itu benar-benar bisa menjadi pencair suasana. Satu per satu alumni yang hadir diabsen untuk mengetahui berapa dana yang akan mereka setor. Alhamdulillah, mayoritas alumni antusias. Banyak yang memilih cara gold untuk membantu pengumpulan dana abadi ini, jumlahnya mencapai Rp 2.225.000.000,-.
 
Dan, di luar dugaan alumni yang memilih cara platinum pun cukup banyak. Bahkan,“Lebih tinggi dari alumni perguruan tinggi teknik terkemuka di Bandung,” kata Pak Lubis. Jumlah dana yang tergolong platinum mencapai Rp 675.000.000,-
Sedangkan dana yang terkumpul untuk kategori silver mencapai Rp 150.000.000,-. Tidak ada alumni yang memilih cara reguler. Karena itulah, Rektor ITS Cak Priyo Suprobo (Sipil) memberikan catatan khusus tentang hal ini. “ITS satu-satunya yang tidak ada alumninya yang memilih cara reguler. Benar Pak Lubis,” kata Cak Priyo. Pak Lubis mengangguk tanda mengiyakan.
 
Cak Priyo dan Ketua Umum IKA ITS Cak Dwi Sutipto (Teknik Kimia) gembira malam itu terkumpul dana Rp3,05 miliar. “Insya Allah dana ini akan terus bertambah karena akan kami umumkah lewat situs dan milis, serta diberbagai acara IKA ITS akan disosialisasikan” ujar Cak Dwi.
Yang luar biasa juga adalah, bagaimana alumni ITS yang tidak hadir pada acara penggalangan dana in, dengan cukup ditelepon tanpa penjelasan yang rinci langsung menyumbangkan dana yang besar. Sebagaimana kutipan percakapan dari ” Sampeyan nyumbang piro “. Satu alumni ditelepon dan menjawab Rp 50 juta platinum. Lha sampeyan nyumbang piro , dijawab lha liyani nyumbang piro. Mas ….rata-rata nyumbang Rp 100 juta Gold. Yo wis aku melu nyumbang Rp 100 juta gold. Begitulah suasana antusiasme alumni ITS dalam penggalangan dana abadi ini.
 
Cak Priyo menuturkan keberhasilan IKA ITS semacam ini akan menjadi salah satu poin yang mampu meningkatkan nilai akreditasi ITS. Karena itu, dia berencana untuk membuat semacam plakat permanen untuk mencatat nama-nama alumni yang menyetorkan dana untuk kepentingan pengelolaan dana abadi. api, Cak Muhadjir Manan, langsung menyahut. “Jangan…nanti pahalane ilang,” katanya yang langsung disambut tawa hadirin.
 
Cak Muhammad Nuh yang menyempatkan hadir malam itu, ikut senang dengan keberhasilan pengurus. Cak Nuh pun diminta maju ke depan untuk memberikan pidato. Cak Nuh lalu memanggil Cak Dwi dan Cak Priyo untuk ikut berdiri di sampingnya. “Kita ini kan sama-sama kelompok 160….” katanya. Hadirin pun ngakak. Kelompok 160 maksudnya adalah kelompok dengan tinggi badan 160 sentimeter. Nah, Cak Nuh, Cak Dwi dan Cak Priyo memiliki tinggi badan yang sama-sama sekitar 160 sentimeter.
 
Cak Nuh menilai cara penggalangan dana abadi IKA ITS ini sebagai sebuah terobosan.
Dia mengingatkan. “Memulai sesuatu itu nilainya jauh lebih tinggi ketimbang meneruskan sesuatu yang sudah berjalan,” katanya. Karena itu, Cak Nuh memberi selamat kepada pengurus pusat IKA ITS yang berinisiatif menggalang dana ini.
Cak Nuh juga mengingatkan, memang pas malam penggalangan dana ini baru sebatas komitmen. Hanya saja, komitmen ini nilainya sama dengan janji. Janji adalah utang. “Ojok sampai engkok pas ditagih moro ngomong: iku lha kondisi pas tanggal 20 Februari…nek saiki kondisiku seje. Moso tego awakmu nagih pas kondisiku koyok ngene,” ujarnya yang disambut tawa hadirin.
Karena itu, Cak Nuh mengajak hadirin semua untuk mendoakan para alumni yang sudah berkomitmen itu agar rezekinya bertambah lancar. ‘Sehingga pas ditagih nanti, memang ada dana untuk disetorkan,” tuturnya. Semoga. Amin.
 
Nama-nama alumni yang hadir pada penggalangan dana abadi :
Muhammad Nuh, Anas Rosjidi, Widodo, Gatot K, Suparni, Sukrisno, Lukman M, Bambang SI, Rukmi Hadihartini, Firmansjah, Joko Eko, Harsusanto, Widyono, Lintomo, Agus Widjanarko, Harijanto, Rudy P, Djohan Safri, Bambang Djatmiko, Sunaryo Suhadi, Sardjono, Dwi Soetjipto,, Pudjojoko, Muchsin Idrus, Gunawan Adji, Satya W, Sutopo K, Muhadjir M, Sukandar, Yerry, Priyo Suprobo, Aziz Bahalwan, Deddy E S, Musrifah,Yuttie, Soni Sontani, Prastyadi, Ferry Dzulkifli, Yanuar, Abdullah Hafidz, Agus Lengky, Thontowi Dj, Arief Hermawan, Djwahir Adnan, Bambang Soekaton, Eko Budijatmiko, Mawan, dll.

(Thonthowi Dj/Arief Hermawan)