Fokus

Profile Mukhtasor, Anggota Dewan Energi Nasional dari ITS

Sepak terjangnya dalam bidang energi dan lingkungan hidup tak diragukan lagi. Ia Aktif menuangkan gagasan dan ide segarnya lewat riset dan berbagai jurnal ilmiah berskala nasional maupun internasional. Kepedulian atas krisis energi yang tak kunjung usai di negeri ini pun mengantarkannya terpilih sebagai salah satu anggota Dewan Energi Nasional (DEN). Dia adalah Ir Mukhtasor MEng PhD, salah satu dosen Fakultas Teknologi Kelautan (FTK).

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi, terbentuklah DEN yang Diketuai langsung oleh presiden RI dan beranggotakan 16 orang. Di dalam Pasa1 2 Ayat (5) UU itu dijelaskan keanggotaannya juga meliputi tujuh orang menteri dan pejabat pemerintah dan delapan dari kelompok independen. Mukhtasor sendiri berasal dari kelompok independen yang terpilih setelah melewati seleksi ketat langsung di bawah instruksi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Tugas dewan ini, diantaranya adalah menetapkan langkah-langkah penanggulangan kondisi krisis dan darurat energi. ”Yang terpenting adalah menyiapkan bahan kebijakan yang akan ditetapkan oleh pemerintah bersama dengan presiden tentang pengelolaan energi jangka panjang, termasuk berbicara tentang cadangan energi dan konservasi energi,” terang Mukhtasor.

Menurut Pria kelahiran Blitar, 20 april 1969 ini, energi adalah persoalan yang besar bagi bangsa Indonesia. Indonesia mempunyai potensi energi besar dan sumber yang beragam. Tidak hanya minyak bumi, gas, dan batu bara, tapi juga geothermal, angin, dan masih banyak lagi. Namun ironisnya, ketersediaan energi bagi masyrakat masih belum dirasakan.

“Buktinya adalah masyrakat kita antri minyak, pemadaman bergilir dan libur indusrti yang tidak seragam, hal ini menunjukan bahwa supply energy kita kurang,” terang Dosen Teknik Kelautan ITS yang pernah didampuk menjadi pembicara pada Second World Engineering Congress pada 2002 lalu.

Untuk itu, diperlukan sebuah kebijakan yang mengatasi masalah tersebut. “Kita harus berkontribusi disana. Dari ITS juga harus ikut serta berbicara tentang kebijakan energi nasional,“ ujar pria yang pernah menerima penghargaan sebagai dosen teladan III ITS.
karena itu pula , ketika lowongan untuk anggota DEN di buka. Ia pun langsung mendaftarkan dirinya atas rekomendasi rektor ITS. Mukhtasor mewakili ITS dari bidang lingkungan hidup, karena memang riset yang dilakukan dan buku yang ditulis oleh Mukhtasor sebagian besar berkaitan dengan lingkungan hidup dan energi.

“Saya merasa ini sebagai sebuah tantangan baru dan ladang amal baru, di mana kita bisa mengeksplor lebih bayak tentang kemungkinan–kemungkinan untuk dapat mengimplementasikan apa yang kita cita-citakan,” papar pria yang ramah dan energik ini ketika ditanya motivasinya menjadi anggota Dewan Energi Nasional.

Menurut Mukhtasor, tidak berkembangnya energi baru yang murah atau yang lebih cocok dengan masyarakat dikarenakan Pemerintah dan rakyat indonesia terlalu fokus pada satu sumber energi yaitu, minyak dan gas. Walaupun harganya mahal, akan tetap dibeli oleh masyarakat. Bahkan diberi subsidi oleh pemerintah. Maka energi lain tak mampu untuk bersaing.

Contohnya seperti biogas dan energi arus gelombang yang dirasa terlalu mahal. “Padahal, jika semua sumber energi diperlakukan sama, maka dengan persaingan sehat akan terbukti bahwa energi yang ramah lingkungan akan jauh lebih baik.” jelas suami dari Ratri Handayani SSi ini.

Ke depannya, Mukhtasor mengharapkan negeri ini berani melakukan reorientasi. Reorientasi agar kebijakan pembangunan di bidang energi selaras dengan pembangunan berkelanjutan. Di mana bahwa setiap kebijakan tidak hanya dalam rangka pemenuhan ekonomi jangka pendek, tapi juga mempertimbangkan aspek sosial, integritas budaya, termasuk juga lingkuangan hidup.

Tidak hanya Aktif pada forum ilmiah, Mukhtasor juga sangat peduli dengan lingkungan sosial di sekitarnya. Tak heran jika Kegiatannya yang satu ini pun, tak jauh dari hal yang berkaitan dengan energi. Contohnya saja, Ia termasuk salah satu pendiri dan pembina Yayasan pengembangan SDM IPTEK, yang salah satu kegiatan pentingnya adalah penyebarluasan teknologi dan pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan teknologi, khususnya tentang energi terbarukan.

“Jika kita ingin memberikan apa yang kita bisa pada skala yang menfaatnya lebih besar, kenapa tidak?” ungkap dosen yang pernah meraih penghargaan peneliti produktif ITS dari Pusat Penelitian ITS ini. “Sebaik–baiknya orang adalah yang bermanfaat bagi sesama, itulah prinsip saya,” lanjut Mukhtasor mengutip salah satu Hadist Nabi. (Az/mtb).

(sumber : ITS Online)