Berita

Menhub Apresiasi Rekomendasi IKA ITS Untuk Pangkas Biaya Logistik Laut

Menjawab Permintaan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat hadir dan menjadi Keynote Speech acara Focus Group Discussion (FGD) IKA ITS tanggal 2 Maret 2018, delegasi Ikatan Alumni ITS (IKA ITS) yang dipimpin oleh Ketua Umum Dwi Soetjipto, tanggal 10 April 2018 melakukan audiensi ke Kementerian Perhubungan untuk menyampaikan Rekomendasi IKA ITS untuk pangkas biaya logistic di laut dan menciptakan pemertaaan pembangunan serta tumbuhnya ekonomi di daerah.

Audiensi yang dilaksanakan di Kantor Kementerian Perhubungan tersebut diterima langsung oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi  yang didampingi Dirjen Perhubungan Laut Agus H Purnomo dan jajaran Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Adapun dari Tim IKA ITS adalah Dwi Soetjipto Ketua Umum Pengurus Pusat IKA ITS, Novirman Said WKU Bidang Maritim, Rifky Isnanda Ketua Umum IKA ITS Jakarta Raya dan Siswanto sekretaris Tim Perumus Penyusunan Rekomendasi IKA ITS.

Menteri Perhubungan sangat mengapresiasi rekomendasi dari IKA ITS yang terlihat banyak terobosan yang ditawarkan untuk menerobos bottlenecking dan menciptakan efisiensi dalam program Tol laut untuk pemerataan pembangunan dan menciptakan pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah, khususnya di pelabuhan perintis.  Apresiasi Menteri Perhubungan ini tentu menunjukkan dedikasi dan kompetensi Alumni ITS sebagai alumni Perguruan Tinggi yang terdepan dibidang maritime dan teknologi.

Pada kesempatan tersebut, Ketua Umum PP IKA ITS Dwi Soetjipto menyampaikan bahwa Alumni ITS melalui organisasi IKA ITS terus bergerak untuk turut memberikan kontribusi dalam membangun negeri. Keahlian dan kompetensi Alumni ITS diharapkan dapat dimanfaatkan dan dilibatkan Pemerintah  agar pembangunan di Indonesia semakin baik dan meningkatkan daya saing di era perdagangan bebas.

Rekomendasi IKA ITS adalah menjawab permintaan Menteri Perhubungan agar IKA ITS dapat melakukan kajian dan memberikan rekomendasi bagi pengelolaan 141 kapal yang dibeli Negara melalui APBN dan di bulan April 2018 siap beroperasi untuk memangkas biaya logistik dan menciptakan pemerataan ekonomi di berbagai daerah.

IKA ITS mengindentifikasi kendala Program Tol Laut dan Perintis sebagai berikut :

  1. Penentuan trayek tol laut dan mekanisme subsidi yang belum optimal sehingga kurang tepat sasaran.
  2. Belum ada jaminan terhadap kesiapan dan kehandalan kapald dalam menunjang operasional.
  3. Muatan balik yang kosong masih menjadi permasalahan, sehingga tidak terjadi keseimbangan hilirisasi logistik nasional.
  4. Manajemen transportasi laut untuk program tol laut maupun kapal perintis masih konvensional.
  5. Belum tersedia alat bongkar muat di beberapa pelabuhan.
  6. Belum semua daerah perintis mendapatkan alokasi program, sehingga menjadi tantangan untuk meningkatkan utilitas daya angkut kapal perintis untuk menciptakan pemerataan di Indonesia.

Dari Kendala diatas, IKA ITS mengusulkan Rencana Aksi yang dapat dipertimbangkan oleh Pemerintah yaitu :

  1. Menerbitkan payung hukum dalam bentuk Keputusan Menteri Perhubungan tentang Pengelolaan Kapal-Kapal milik Negara untuk meningkatkan konektifitas dalam program tol laut dan pelayanan perintis.
  2. Menyiapkan SDM yang mencukupi dari aspek kualitas dan kuantitas.
  3. Segera dilakukan pelelangan terbuka untuk memilih perusahaan yang sesuai klaster berdasarkan Term of Reference (TOR) yaitu :
  4. Kontrak Hubla dengan Shipping Company (operator)
  5. Kontrak Hubla dengan Ship Management
  6. Kontrak Hubla dengan IT Company (ITS)
  7. Memperbanyak outlet/gerai Rumah Kita/Gerai Maritim/Sentra Logistik
  8. Melakukan analisa dan rekomendasi nilai dan pola subsidi yang sesuai sasaran

Melalui Rencana Aksi tersebut, diharapkan dapat menjadi  solusi atas kendala Program Tol Laut dan Perintis dan menekan logistik yaitu :

  1. Trayek yang optimum dapat ditentukan dengan melakukan simulasi terhadap tiga factor utama yaitu Jumlah & Type kapal, kondisi pelabuhan dan jumlah serta jenis kargo.
  2. Terdapat 4 klaster perusahaan yang mempengaruhi kinerja kapal
  • Operator (shipping company)
  • Ship management yang ditunjang oleh shipyard dan industri komponen kapal
  • Shipper dan perusahaan terkait antara lain : ekspedisi, pelabuhan, gerai maritime (rumah kita), consignee, pemda, BUMN/BUMD
  1. Muatan balik yang kosong diselesaikan dengan memperbanyak Rumah Kita/Gerai Maritim/Sentra Logistik.
  2. Perlu segera disiapkan dan diaplikasikan software tentang SOP Tol Laut dan pelayaran perintis, Mis. Istow (storage plan), Software IMRK, ship management, crwing, e-CMS, VVMS, VE dan lainnya.
  3. Untuk mempercepat proses bongkar/muat dan operasional di pelabuhan sehingga jadwal voyage lebih tepat maka perlu :
  • Dilengkapi penyediaan infrastruktur pelabuhan, aspek kuantitas dan kualitas, kelengkapan sarana bongkar muat dan SDM.
  • Dilengkapi dengan sistem teknologi informasi operasional pelayanan di pelabuhan, seperti INAPORTNET, Rumah Terminal, TOS, VESSA dll.
  1. Memperbanyak kapal/perahu yang menjadi feeder pelayaran tetap dan teratur dari pelayaran yang sudah ada, dan moda angkutan lain (darat/udara) yang terkoneksi.

Kajian IKA ITS untuk menekan biaya logistik operasional 141 kapal dapat di download disini