Berita

Kota Kian Padat Butuh Biopori

YOGYAKARTA, alumniITS:

Pakar Teknologi Pertanian UGM, Profesor Mary Astuti menyarankan semua kawasan perkotaan padat di Indonesia mulai memperbanyak pembuatan lubang biopori, untuk membantu penyerapan air hujan ke dalam tanah.

Mengingat, kebutuhan air bersih bagi warga perkotaan pasti membesar. Tapi sayangnya, sumber air tanah di kawasan padat makin banyak hilang, sementara air hujan sering lewat begitu saja dan terbuang ke laut.

“Seharusnya pemerintah mewajibkan semua perumahan melengkapi jalanannya dengan lubang biopori karena bisa mengatasi krisis air bersih di kota,” kata Mary di Yogyakarta, seperti dikutip dari Tempo.co, Selasa (16/10).

Dicontohkan, di kawasan pemukiman sekitar rumahnya di daerah Pogung Baru yang tak jauh dari kampus UGM, sudah dua tahun banyak biopori dibuat di banyak sudut jalanannya.

Efeknya, sangat terasa bagi warga karena di setiap musim kering tak ada lagi warga yang mencari air dari sumber selain sumur tanah. “Dulu kalau musim kering setiap pemilik rumah sibuk membuat sambungan selang untuk cari air dari luar permahan,” kata Mary.

Sayangnya, lanjut Mary, gerakan untuk memperbanyak lubang biopori di kawasan perkotaan yang padat belum menyita perhatian pemerintah daerah atau komunitas warga.

Dia mengaku, untuk kasus Kota Yogyakarta, banyak pakar sudah menganjurkan pemerintah kota mendorong pembuatan sebanyak mungkin lubang biopori di setiap sudut permukiman, tapi hingga kini usaha ini belum membuahkan hasil. “Masih jarang yang sadar biopori penting,” kata dia.

Selain biopori, kata Mary, gerakan penghematan sumber air tanah dengan membuat penampungan air hujan juga perlu diperluas ke komunitas petani.  Banyak petani di Jawa, terutama Jawa Timur, saat musim kering kini makin banyak bergantung pada sumber air tanah yang disedot dengan mesih pompa. “Ini lama-kelamaan bisa menyebabkan kandungan sumber air tanah terus menyusut, sementara air hujan selama ini lebih banyak terbuang sia-sia,” kata dia.

Menurut Mary salah satu solusinya ialah dengan mengkampanyekan gerakan pembuatan embung penyimpan hujan ke kalangan petani. Keberadaan embung-embung ini membantu menyediakan sumber air berlimbah bagi petani saat musim kering. “Fenomena banyaknya petani memakai pompa untuk mengambil air tanah juga menandakan sistem irigasi perlu banyak perbaikan,” kata dia.

Selama ini, biopori dikenal sebagai sepetak lubang yang berisi tanah gembur yang dipersiapkan secara khusus sebagai habitat subur bagi fauna tanah seperti cacing dan rayap, sambungnya.

Fauna tanah ini berfungsi membuat tanah di sekitar biopori banyak terlubangi sehingga bisa menjadi jalur air meresap. Sementara embung ialah bangunan untuk penyimpan air hujan dan air limpasan yang biasanya berupa kolam di kawasan dataran terendah di sekitar lokasi pertanian, tambahnya. (ndy)