Berita

Industri Baja Keluhkan Bahan Baku


JAKARTA, alumniITS – Pengusaha industri logam khusus baja mengaku kesulitan mengembangkan industri hulu karena pasokan bahan baku kurang. Selain itu, minimnya dukungan pemerintah bikin investor ogah membangun industri pengolahan biji besi atau logam dasar. Pemerintah seharusnya ikut serta menumbuhkan sektor logam dasar terutama dengan dukungan infrastruktur.

“Mengingat,  faktor penunjang seperti listrik, pelabuhan, dan pengolahan air belum ada, padahal investasi hulu besar seperti Krakatau Steel-Posco mulai dari sinterplant, water treatment, pengendali pencemaran udara, itu semua harus ada kalau enggak, enggak bisa berdiri,” papar Ketua Asosiasi Industri Baja dan Besi Indonesia (IISIA) Edward R. Pinem di Jakarta, Selasa (5/2).

Tahun lalu, investasi sektor hulu paling besar hanya dilakukan Meratus di Kalimantan yang mengolah besi untuk industri sampai kemurnian 70 persen. Padahal, pabrik pengolah seperti itu perlu diperbanyak di Indonesia. “Semakin banyak yang setara dengan Meratus, makin bagus. Karena jenis bahan baku itu banyak diimpor,” katanya.

Saat ini kapasitas produksi baja nasional sebesar 5,5 juta ton per tahun. Kebutuhan terus meningkat didorong pembangunan infrastruktur yang melonjak sampai tahun pemilu atau 2014 mendatang.

Asosiasi mendesak industri hulu segera dibangun, agar kebutuhan besi kasar (slag) tidak harus diimpor. “2015 ini kita bisa memerlukan sampai 15 juta ton besi kasar. Padahal dua tahun lagi (kapasitas) kita baru 10 juta ton besi kasar,” tegasnya, seperti dilansir merdeka.com.  ([email protected])