Fokus

Boediono: Ekonomi Syariah Tidak Bisa Krisis

Jakarta – Krisis ekonomi yang bermuara dari AS menjadi pelajaran kegagalan sistem ekonomi konvensional. Di saat seperti ini, ekonomi syariah bisa menjadi teladan karena sistem syariah diprediksi tidak bisa kena krisis.
Demikian disampaikan Gubernur Bank Indonesia Boediono dalam sambutan di acara Festival Ekonomi Syariah di JCC, Jakarta, Rabu (4/2/2009).
“Pada dasarnya, sistem ekonomi syariah tidak bisa krisis. Sistem perbankan syariah layak menjadi teladan,” katanya.

Boediono menjelaskan, sistem syariah lebih kebal dari krisis karena tidak melepaskan diri dari underlying transactions. Hal ini berbeda dengan sistem ekonomi konvensional yang memiliki banyak variasi produk keuangan. Saking banyaknya, banyak produk tersebut yang makin jauh dari underlying transactions.

“Produk keuangan yang makin variatif, semakin terlepas dari underlying transactions yang kemudian menjadi pecah dan dari situlah munculnya krisis,” katanya.

Padahal, kegiatan ekonomi yang riil tidak bisa mengandalkan pendanaan yang bersifat spekulatif. Hal inilah yang menurut Boediono menjadi pelajaran berharga dari terjadi krisis saat ini.

Ia menambahkan, di tengah krisis yang terjadi kali ini, maka produk syariah menjadi harapan karena masyarakat harusnya tidak perlu khawatir pada pajak berganda produk syariah.

“Tidak perlu khawatir pada pajak berganda produk-produk syariah. Keberadaan ekonomi syariah adalah satu harapan. Krisis ekonomi global memberi pelajaran yang berharga,” tambahnya.

Festival Ekonomi Syariah kedua kali ini digelar dalam rangka mengembangkan grand strategy pengembangan ekonomi syariah.

“Perkembangan syariah di Indonesia telah mencapai hasil yang membesarkan hati, dengan aset Rp 50 triliun atau 2,1% dari total perbankan nasional di 2008. Sementara pembiayaan syariah mencapai Rp 38 triliun atau sekitar 3%, dan KUR Rp 326 miliar di 2008,” katanya.

(lih/ir)