Berita

Widya Purnama

Ia dilantik menjabat Direktur Utama PT Pertamina, Rabu 11 Agustus 2004. Jabatannya sebagai Dirut Indosat segera dilepas. Dalam 100 hari, ia berjanji mewujudkan perbaikan di tubuh Pertamina. Jika tidak, ia akan mundur. Ia juga berjanji akan melawan mafia minyak dan menjaga agar Pertamina tidak “diobok-obok” lagi oleh oknum tertentu serta akan menjadikan Pertamina sebagai perusahaan minyak dan gas nomor satu di kawasan Asia Tenggara, mengalahkan Petronas, Malaysia.

Namun belum keinginannya tercapai, dia diganti Rabu 8 Maret 2006, karena sering berbeda kebijakan dengan Menneg BUMN.

Selain itu, Widya juga menegaskan akan membuat perubahan budaya perusahaan di Pertamina sehingga menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Dia tak akan main-main dalam janjinya, dan akan mengajak serikat pekerja bersama-sama 23.000 karyawan membangun Pertamina.

Menurutnya, prioritas utama direksi Pertamina adalah melancarkan distribusi pasokan BBM di dalam negeri. Pertamina harus menjamin masyarakat bisa mendapatkan BBM dengan mudah sehingga kalau ada oknum Pertamina yang terlibat dalam penyelewengan distribusi BBM, harus segera dipecat.

Dia mengakui memang sulit mengamankan pendistribusian BBM kalau masih ada penyelewengan. “Jadi, kalau ada yang menyelewengkan BBM sebaiknya ditembak saja, kalau memang sulit untuk ditangkap,” tegas Widya.

Penegasan ini dikemukakan Widya Purnama dalam jumpa pers pertama sebagai Direktur Utama (Dirut) Pertamina bersama direksi lainnya, Rabu (11/8/04). Bersamanya dilantik direksi baru Pertamina, yakni Wakil Dirut Mustiko Saleh, Direktur Hulu Hari Kustoro, Direktur Pengolahan Suroso Atmomartoyo, Direktur Pemasaran dan Niaga Arie Soemarno, Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia (SDM) Suprijanto dan Direktur Keuangan (tetap menjabat) Alfred Rohimone.

Selain itu, Widya juga berkeinginan Pertamina meningkatkan produksi gas alam untuk kebutuhan dalam negeri. Terutama penggunaan bahan bakar gas untuk kendaraan. Menurutnya, jika penggunaan gas ditingkatkan untuk bahan bakar kendaraan, berarti akan mengurangi penggunaan BBM. Dengan demikian, pemerintah bisa mengurangi subsidi BBM yang nilainya puluhan triliun rupiah setiap tahun.

Sementara itu, Deputi Menteri BUMN Bidang Industri Strategis Pertambangan dan Telekomunikasi Roes Arjawidjaja, yang melantik direksi Pertamina tersebut menjelaskan, alasan penambahan jabatan wakil direktur dalam struktur baru direksi Pertamina yakni karena permasalahan di Pertamina terlalu banyak. Misalnya, gugatan arbitrase PT Karaha Bodas Company dan masalah internal pengadaan BBM dalam negeri.

“Jadi kita berharap dirut bisa menyelesaikan kasus arbitrase dan menjalin kerja sama internasional, sementara wakilnya mengurus masalah internal. Kita amati, banyak persoalan yang harus diselesaikan dengan cepat,” ujar Roes.

Selain penambahan jabatan wakil direktur utama, juga direktur hilir dipecah menjadi dua, yakni direktur pengolahan serta direktur pemasaran dan niaga. Menurut Roes, perombakan direksi dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa direksi Pertamina harus kompak, memiliki transparansi yang tinggi, dan kinerja yang maju.

Keteladanan Sang Pemimpin

Direktur Utama PT Indosat Tbk ini meyakini keteladanan adalah kunci kepemimpinan. Menurutnya, keteladanan itu harus datang dari atas. Ia pun berprinsip bahwa bekerja itu adalah ibadah. Maka sejak awal ia telah bertekad menjadikan Indosat sebagai lembaga yang bersih dari berbagai intrik.

Keteladanan dan prinsip itulah yang membuat ia kuat dan berhasil menghadapi berbagai tantangan terutama ketika proses divestasi PT Indosat. Tanpa banyak bicara pembelaan diri, ia berhasil menepis berbagai tudingan negatif yang ditujukan pihak berkepentingan tertentu kepadanya.

Ditetapkannya Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (STT) sebagai pemenang divestasi 41,94% saham (434,25 juta saham) pemerintah di PT Indonesian Satellite Corporation Tbk (Indosat) dengan harga Rp12.950 per saham yang menghasilkan dana Rp 5,62 triliun, pada Desember 2002, telah sempat menimbulkan reaksi dari beberapa karyawan dn pihak berkepentingan tertentu kepadanya.

Ia diduga telah mengambil keuntungan pribadi dari proses divestasi itu. Tetapi ia tidak begitu risau atas ocehan-ocehan itu. Karena ia berkeyakinan telah melakukan yang terbaik. Dengan bijaksana ia melampau berbagai tudingan itu. Pihak Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd selaku pemegang saham mayoritas PT Indosat pun tetap mempertahankan sebagai Dirut.

Alumnus sarjana teknik elektro Institut Teknologi Surabaya (ITS) dan Magister Manajemen ITB ini selalu berupaya menunjukkan keteladanan dalam melaksanakan tugasnya. Mulai dari hal yang sederhana dan biasa sampai hal penting. Seperti, kehadiran ke kantor. Sejak menjadi dirut, ia datang ke kantor jam 7.30 pagi. Dengan datang pagi itu, ia pun merasa pantas menegur karyawan yang datangnya terlambat. “Tapi, kalau saya datangnya seenaknya, tentu karyawan tak ada yang nurut kalau ditegur,” ujarnya

Pria kelahiran Pare-Pare, Sulawesi Selatan, 26 Juli 1954 ini adalah orang dalam PT Indosat. Ia meniti karir di perusahaan ini dari bawah sebagai karawan biasa. Menapaki jenjang karir dari staf biasa menjadi Manager Indosat Medan, Manager Divisi Pengembangan Setrategis dan Direktur Utama PT EDI Indonesia, sampai di puncak sebagai Direktur Utama.

Ia pun mengaku tak pernah bermimpi menjadi Dirut PT Indosat. Karena sebelumnya ia telah berkali-kali mengikuti fit and proper test, tapi tak pernah terpilih. Namun, akhirnya alam reformasi memberinya kesempatan mengemban amanah menjadi Dirut pada tahun 2002. Sesaat setelah dilantik, ia bertekad akan bekerja sebaik mungkin dan transparan kepada siapapun dan tidak mau diintervensi oleh siapapun.

Setelah menjadi Dirut, penampilannya pun tak banyak berubah. Ia tetap akrab dengan semua karyawan. Ia memang berjanji janji akan berlaku adil dan membuat keteladanan bagi karyawannya.

Suami dari Sri Hetty Indiyah ini bertekad menjadikan Indosat sebagai lembaga yang bersih dari berbagai intrik. Maka untuk itu, sebagai pemimpin, ia tidak segan-segan bertindak tegas kepada karyawan yang mencoba-coba berbuat merugikan perusahaan.

Bagi ayah dari Batara Indra, Batara Wisnu (almarhum), Annisa Purnama dan Auliana Purnama ini bekerja itu adalah ibadah. Prinsip inilah yang menuntunnya untuk selalu berupaya berbuat yang terbaik bagi perusahaan, bangsa dan negara dan bagi siapa pun.

Ia berobsesi mengorbitkan Indosat penyedia solusi telekomunikasi yang bersifat menyeluruh,atau Full Network and Service Provider (FNSP) berelas dunia. Untuk itu telah dilakukan restrukturisasi bisnis Indosat, dari semula mengandalkan jasa SLI menjadi penyelenggara binis mobile communications, fixed communications, MIDI (Multimedia, Datacom and Internet), serta backbone network services.

Sejak Mei 2002 perusahaan publik ini bersama enam anak perusahaan, masing-masing Satelindo, Indosat Multimedia Mobile (IM3), Lintasarta, Indosat Mega Media (IM2), Sisindosat, Indosatcom meluncurkan brand Indosat Group dan mengumumkan pendekatan bisnis yang lebih berorientasi pada kebutuhan pelanggan, yakni melalui sinergi sumberdaya dan layanan serta konsolidasi.

Tadi Malam Direksi Baru Dilantik
JAKARTA – Jajaran direksi PT Pertamina akhirnya dirombak nyaris total. Hanya Direktur Pengolahan Suroso Atmomartoyo yang tidak diganti. Restrukturisasi itu langsung menyelesaikan polemik Blok Cepu. Menurut rencana, hari ini joint operating agreement (JOA) sudah bisa ditandatangani.

Seperti telah diperkirakan sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Widya Purnama terpental. Posisinya digantikan Ari H. Soemarno, yang sebelumnya menjabat direktur pemasaran dan niaga. Widya adalah orang yang paling ngotot agar Pertamina bisa menjadi pengelola Blok Cepu.

Wadirut yang sebelumnya dijabat Mustiko Saleh, kini ditempati Iin Arifin Takhyan (sebelumnya Dirjen ESDM). Direktur Keuangan Alfred Rohimone diganti Ferederick S.T. Siahaan. Sedangkan posisi yang ditinggalkan Ari Soemarno diisi Achmad Faisal.

Direktur hulu yang sebelumnya dijabat Hari Kustoro kini diberikan kepada Sukusen Soemarinda. Sedangkan direktur SDM dan umum yang dijabat Suprijanto diserahkan kepada Sumarsono.

Pergantian jajaran direksi tersebut akan langsung mengakhiri polemik JOA (joint operating agreement) yang berlarut-larut. “Jadi, finalisasi JOA diharapkan bisa selesai hari ini (kemarin). Sehingga, besok (hari ini) JOA bisa ditandatangani,” ujar Maman Budiman, vice president public affairs ExxonMobil Oil Indonesia, kemarin.

Namun, dia membantah bahwa hambatan JOA selama ini karena figur Widya Purnama. “Selama ini kita selalu melakukan negosiasi dengan Pertamina sebagai institusi. Jadi, nggak peduli siapa pun direkturnya. Pembahasan JOA ini memang telah mendekati tahap akhir,” paparnya.

Maman menjelaskan, skema yang sudah disepakati saat ini adalah general manager JOC (joint operating committee) akan diberikan pada Pertamina. JOC berfungsi sebagai lembaga yang mengawasi badan yang akan mengelola Cepu. Di badan ini jabatan GM akan dipegang ExxonMobil.

Sekarang masih perlu finalisasi komposisi struktur di bawahnya. “GM JOC ini nanti juga digilir. Setiap berapa tahun, kami belum tahu. Ini yang juga akan dibicarakan dalam finalisasi,” urainya.

Skema yang dipaparkan Maman sama dengan skema Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro beberapa waktu lalu. CEO (chief executive officer) akan dipegang Pertamina dan COO (chief operating officer) akan dipegang ExxonMobil.

Dirut Pertamina Ari H. Soemarno berjanji segera memecahkan kebuntuan mengenai operatorship blok Cepu secepatnya. Keinginan direksi baru, Pertamina tetap sebagai operator. “Namun, kami juga akan memperhatikan kepentingan yang lebih besar,” tambahnya buru-buru.

Menteri BUMN Sugiharto menambahkan, pemerintah lebih menginginkan penyelesaian blok Cepu secara business to business antara Pertamina dan ExxonMobil. “Jika benar-benar ada kebuntuan, pemerintah baru ikut campur,” jelasnya.

Isu pergantian direksi Pertamina sebenarnya telah merebak sejak tahun lalu. Berbagai pihak mendesak agar Widya Purnama segera dilengserkan karena dianggap malah membuat Pertamina semakin terpuruk. Namun, tarik ulur terus berlangsung hingga tahun ini. Produksi Pertamina juga terus menurun hingga menyebabkan Indonesia menjadi net importer.

Menurut Men BUMN Sugiharto, kemampuan manajemen yang dimiliki Ari Sumarno selama mempimpin Petral diharapkan bisa memperbaiki Pertamina. Petral sendiri adalah anak perusahaan Pertamina. Ari yang telah mengabdi kurang lebih 28 tahun di Pertamina diharapkan mampu meningkatkan produksi minyak Indonesia.

Pergantian direksi Pertamina itu langsung dikaitkan dengan kepentingan terutama eksplorasi Blok Cepu. Proyek ini molor karena kengototan direksi sebelumnya yang dipimpin Widya Purnama. Namun, semua pejabat resmi membantah sinyalemen itu.

“Memang kami menyempurnakan pembahasannya kemarin (Selasa) hingga hampir pukul 12 malam. Ini tidak lebih karena faktor kehati-hatian kami,” ujar Sugiharto.

Dia berharap, Ari mampu melakukan perbaikan di tubuh Pertamina yang tidak mampu diselesaikan pejabat sebelumnya.

Misalnya, menjalankan RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) 2006 soal bahasan Blok Cepu, yakni menyiapkan USD 50-100 juta untuk pengeboran tahap awal.

Sugiharto meminta direksi baru segera menuntaskan beberapa persoalan yang dihadapi Pertamina. “Terutama audit keuangan oleh auditor independen yang hingga kini masih belum selesai,” jelasnya.

Sebagai satu-satunya perusahaan migas milik pemerintah yang menguasai hulu dan hilir, posisi Pertamina sangat strategis. Selain menyangkut kebutuhan migas dalam negeri, juga berpengaruh pada fiskal pemerintah. Untuk itu, kasus-kasus seperti penyelundupan tidak boleh terjadi lagi.

Ari sendiri mengaku sanggup melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. “Kami akan berusaha melaksanakan RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan). Saya sebagai mantan direksi lama harus konsekuen,” tuturnya.

Masyarakat kini menunggu kebijakan yang akan diambil Ari menyangkut pengelolaan blok migas dengan potensi produksi 170-200 ribu barel per hari tersebut.

Ari merupakan anak Brigadir Jenderal Soemarno yang pernah menjabat gubernur Jakarta 1960-1964. Dia adik Rini Soewandi, menteri perindustrian dan perdagangan di masa Presiden Megawati Soekarnoputri. Dia juga dikenal dekat dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro.

Ari yang lahir di Jogjakarta, 14 Desember 1948, belajar chemical engineering di Aachen University, Jerman. Dia memulai karir di Badak LNG plant di Bontang, Kalimantan Timur, pada 1978. Dia menghabiskan 16 tahun di Bontang, setelah itu baru ke pusat Pertamina di Jakarta pada 1994.

Karirnya terus menanjak. Tapi, bukan tanpa cacat. Pada 2004, marak diberitakan bahwa Ari dihukum dengan pemotongan gaji karena melanggar berbagai regulasi tender. Menurut audit BPKP, saat dia menjadi pimpinan tim tender proyek LNG Bontang, Pertamina kehilangan Rp 1,2 miliar.

Di kantor pusat Pertamina, Ari pernah ditunjuk sebagai staf executive senior pada Direktorat Hulu pada 2001. Dua tahun kemudian, dia dipercaya sebagai Presdir Pertamina Trading Limited (Petral), anak perusahaan Pertamina yang bermarkas di Singapura dan Hongkong. Pada 11 Agustus 2004, di era Presiden Megawati, Ari dipromosikan sebagai dirktur pemasaran dan niaga.

Kiprahnya pernah dikait-kaitkan dengan Zainul Arifin, yang belakangan dituduh merugikan negara dengan berbagai tuduhan korupsi. Kejaksaan menuntut Zainul dengan tuduhan menyimpangkan dana USD 8,35 juta dari rekening perusahaan ke rekening di Credit Suisse Singpore pada 2003. Dalam pembelaannya, Zainul mengemukakan, perbuatannya atas sepengetahuan bosnya, Ari Soemarno. Tapi, Ari membantah mengetahui proses tersebut.

Widya Purnama yang digantikan Ari mengaku legawa? “Saya merasa ikhlas lahir batin. Jadi, saya juga sudah plong,” ungkap mantan Dirut Indosat itu. Saat ini dia belum menentukan aktivitasnya setelah tak lagi sebagai Dirut Pertamina.

 

Nama : Widya Purnama
Lahir: Pare-Pare, Sulawesi Selatan, 26 Juli 1954
Jabatan:

– Dirut PT Pertamina (11 Agustus 2004 – 8 Maret 2006)
– Dirut PT Indosat
Isteri: Sri Hetty Indiyah
Anak: Batara Indra, Batara Wisnu (almarhum), Annisa Purnama dan Auliana Purnama.
Pendidikan:
Sarjana teknik elektro Institut Teknologi Surabaya (ITS), Magister Manajemen ITB.