Fokus

Rusunawa ITS Diresmikan, Mahasiswa Anggap Terlalu Mahal

Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto meresmikan penggunaan rumah susun mahasiswa di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Selasa (3/6). Namun, sejumlah mahasiswa mengeluh tarif sewa rumah susun mahasiswa itu terlalu mahal. Hal itu terungkap dalam dialog sejumlah mahasiswa Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya bersama Djoko yang didampingi Rektor ITS Priyo Suprobo.

Salah satu mahasiswa yang merasa keberatan, Muhammad, mengatakan bahwa tarif sewa kamar sebesar Rp 2,6 juta per mahasiswa per 10 bulan terlalu tinggi bagi sebagian mahasiswa. Mereka lebih memilih kamar
murah walaupun fasilitasnya lebih minim. “Kami berharap, mahasiwa yang tidak mampu bisa digratiskan atau diringankan bebannya,” katanya di hadapan Djoko.

Kekhawatiran itu muncul sebab, menurut rencana, semua mahasiswa baru di ITS wajib tinggal di rumah susun mahasiswa (rusunawa) itu mulai tahun ajaran 2008/2009. Rencana tersebut kemudian tertunda karena kapasitas rusunawa ternyata tidak cukup untuk menampung seluruh mahasiwa baru ITS, yang jumlahnya sekitar 2.000 orang.

Rusunawa yang terdiri atas empat gedung itu dirancang untuk menampung 1.760 orang dengan aturan satu kamar dihuni empat mahasiswa. Namun setelah evaluasi ulang, Rektorat ITS memutuskan setiap kamar hanya dihuni dua sampai tiga mahasiswa. “Tempatnya ternyata sempit sekali bila dihuni empat orang,” kata Kepala UPT Rusunawa Imam Rochani.

Menanggapi keluhan mahasiswa, Djoko mengatakan bahwa uang sewa itu tetap diperlukan. Uang sewa tersebut untuk biaya pemeliharaan dan bukan untuk mencari keuntungan. Rusunawa ITS yang menelan biaya
pembangunan sekitar Rp 28,5 miliar itu merupakan proyek bersama antara Departemen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Djoko, yang alumnus UGM, mengatakan bahwa rusunawa ITS adalah rusunawa terluas yang dibangun pemerintah. “Rusunawa di Undip dan UGM hanya terdiri atas dua blok,” katanya.

Pembangunan rusunawa itu bertujuan mencegah menjamurnya rumah kos di sekitar kampus. Menurut Djoko, keberadaan rumah kos tersebut kerap membuat wilayah sekitar kampus kotor dan tidak tertata.

Murah
Menurut Imam Rochani, tarif sewa kamar sebesar Rp 500.000 per bulan itu masih lebih murah dibandingkan dengan tarif sewa kamar di rumah kos dengan fasilitas setara di sekitarnya. Setiap kamar di rusunawa itu telah dilengkapi kamar mandi dalam dan perabotan. Dengan satu kamar untuk dua mahasiswa, sesungguhnya setiap
mahasiswa membayar Rp 250.000 per bulan. Tarif itu berlaku untuk dua lantai terbawah dari total empat lantai.

Sementara untuk lantai tiga dan empat, satu kamar dihuni tiga mahasiswa. Artinya, biayanya akan lebih murah karena dibagi tiga mahasiswa. “Ini untuk mengantisipasi mahasiswa yang lebih mengutamakan harga murah daripada fasilitas,” kata Imam.