Kiprah AlumniProfil

Mas’ud Khamid

Mas’ud Khamid, lahir di Gresik 12 Desember 1964 menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Gresik dan melanjutkan ke pendidikan sarjana di jurusan Teknik Fisika ITS Surabaya tahun 1984. Melengkapi jenjang pendidikannya di Senior Executive Program dan Global Leadership Program dari Kellogg School Management Northwestern University of Chicago masing-masing pada tahun 2006 dan 2009 dan Executive Education in Harvard Business School pada tahun 2015.

Mas’ud Khamid menjabat sebagai Direktur Pemasaran Retail berdasarkan Surat Keputusan no. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : SK – 97/MBU/ 04/2018, tanggal 20 April 2018 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-Anggota Direksi Perusahaan Perseroan PT Pertamina.

Lama di industri Telekomunikasi, sangat mudah menemukan jejak digital dari pria kelahiran Gresik tersebut. Selepas berbagai penugasan di Telkom, pada tahun 2012 Mas’ud Khamid diangkat menjadi Direktur di PT Telkomsel sebagai Direktur Sales. Pada kurun waktu 2012-2015 kinerja Telkomsel meningkat pesat dan mampu meraih pertumbuhan double digit growth (Revenue, EBITDA dan Net Income) atau pertumbuhan di atas 10%.  Jauh melebihi industri hanya tumbuh rata-rata 8%-9% . Mas’ud juga tak hanya piawai dalam urusan sales. Sebagai Chief of Command Transformation CRM, pria yang akrab dipanggil MK ini, telah berhasil mengganti platform sistem layanan CRM (Customer Relationship Management) yang baru untuk mendukung customer experience. Sukses menggawangi transformasi CRM, memberikannya tantangan lain, yakni sebagai Chief of Command 4G LTE yang dijabatnya sejak 2014. Mas’ud memperkuat platform teknologi terbaru masa kini yakni 4G LTE Telkomsel dimana Telkomsel sebagai provider pertama di Indonesia yang saat ini telah menjangkau 110 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Keberhasilan yang lain adalah peluncuran 400 Mobile GraPARI untuk mengcover 544 Kabupaten di seluruh Indonesia.

Keahlian dibidang teknologi informasi tentu sangat diharapkan untuk mendukung transformasi Pertamina di era revolusi industri 4.0. Proses bisnis konvensional wajib diubah dengan bantuan digitalisasi. Menurutnya, konsumen saat ini menyukai pendekatan yang mengedepankan technology, life style dan human spirit.

“Dengan digitalisasi, kita akan mampu melayani customer lebih baik dan akan mengetahui siapa customer kita sesungguhnya. Karena, siapa yang ‘memegang customer’ dialah yang akan jadi pemenang,” ujarnya.

Ia pun meminta digitalisasi bukan hanya per SPBU tapi digitalisasi hingga di setiap nozzle terpasang.

Digitalisasi SPBU menjadi jawaban dari keinginan pelanggan di era revolusi industri 4.0. PT Pertamina (Persero) menargetkan efisiensi sekitar Rp3 triliun hingga Rp5 triliun per tahun melalui perluasan digitalisasi dari hulu ke hilir. Mas’ud mengungkapkan, program digitalisasi SPBU yang mulai terlihat hasilnya adalah pengimplementasian pembayaran non tunai melalui aplikasi LinkAja yang merupakan hasil kolaborasi dengan beberapa BUMN.

Selain itu, imbuh Mas’ud, Pertamina mulai menyiapkan charging station di SPBU dan memproduksi baterai lithium bersama UNS sebagai jawaban gencarnya teknologi Electric Vehicle (EV) yang digadang-gadang sebagai kendaraan masa depan