Fokus

IKA-ITS HARUS BISA MENGAYOMI LULUSAN BARU

(Prof. Ir Soegiono. Anggota Senat IKA-ITS)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya sebagai Perguruan Tinggi Negeri yang masuk jajaran Big Five di Indonesia, dituntut untuk menjadi institusi penghasil lulusan berkualitas seperti yang tercantum dalam misi ITS. Itulah pesan yang disampaikan Prof. Ir Soegiono Guru Besar ITS yang juga alumni senior yang ketika ditemui di tengah kesibukannya sebagai Ketua Panitia tetap Regional III SPMB di ruang kerjanya. “ingat, bahwa besarnya nama ITS dikarenakan kualitas mahasiswa dan lulusannya yang bagus,” ujar Guru Besar Teknik Kelautan ini mengingatkan.
Lebih lanjut Prof. Ir Soegiono bahwa diantara salah satu misi ITS yang menyelenggarakan pendidikan tinggi yang unggul adalah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan visi ITS sebagai institusi unggulan dalam pengalihan Pengembangan Ilmu Teknologi (IPTEK), khususnya yang menunjang industrialisasi dan pembangunan kelautan berwawasan lingkungan.

Mengenai kualitas lulusan ITS sendiri, mantan Rektor ITS ini mengistilahkannya sebagai garbage in and garbage out. “input yang baik akan menjadi output yang baik pula, begitu juga sebaliknya ujar pria kelahiran Surabaya 64 tahun yang lalu itu, sebenarnya kata Prof Ir. Soegiono ITS sudah memiliki input yang berkualitas setelah melalui seleksi yag ketat dan bertahap, sehingga memang yang lulus dari ITS telah melalui perjalanan yang panjang.
Menurutnya semua itu tergantung pada kemauan mahasiswanya sendiri untuk menjadikan dirinya berkualitas. “bukan karena yang ngajar, tapi karena kemampuan dan kerja keras anaknya sendiri,” tukasnya.
Ia mencontohkan Tokyo University Massachusetts Institute of Tecnology (MIT), Oxford University, atau National University of Singapore (NUS) yang berkualitas bagus karena memang punya daya saing yang tinggi dan lulusannya sudah benar-benar tersaring.

Kekhawatiran muncul bila ITS menerima mahasiswanya tidak berdasarkan seleksi yang ketat, itu namanya “Self destruction, terlalu beresiko untuk melakukan hal itu, saya katakan seperti ini karena memang saya cinta ITS, “tegasnya. Ia menekankan bahwa lulusan saat ini harus memiliki tiga “C” meminjam istilah guru besar dari inggris yaitu competence, communication skill, dan confidence.

Ia juga menjelaskan bahwa pengalaman organisasai menjadi hal yang sangat penting ketika para lulusan meniti kariernya nanti. “Belum menjamin seorang yang cum laude menjadi orang sukses, soft skill juga sangat diperlukan, ujar peraih Bintang Jasa Utama RI 1998 ini mengingatkan lagi.
(Prof. Ir Soegiono. Anggota Senat IKA-ITS)
Menurutnya, lulusan yang baik adalah lulusan yang mengerti kebutuhan pasar ”pintar-pintar membaca situasi, apa yang diperlukan sekarang ,” tuturnya menasehati.

Dalam pengamatannya, perbandingan antara lulusan yang terdahulu dengan yang sekarang, kemampuan analisis dan numerik lulusan sekarang lebih baik. Namun ia juga menegaskan bahwa lulusan terdahulu, lebih tahan banting dan lebih siap dengan tantangan.

Tugas IKA-ITS ke depan

Menurut Prof. Ir Soegiono, IKA-ITS yang sekarang memiliki posisi yang lebih baik. Sekarang telah banyak alumni yang memegang posisi penting diberbagai instansi baik pemerintah maupun swasta. Sehingga dengan mudah mengakomodasikan sesuatu untuk kemajuan ITS sendiri.

“Banyak dari lulusan terdahulu yang berjuang sendiri dari nol sampai menjadi jajaran tertinggi seperti Sekjen dan Dirut dibeberapa instansi, sungguh berbeda dengan sekarang,” ujar Prof. Ir Soegiono yang juga salah satu Anggota Senat IKA-ITS. Kemudahan yang baru dirasakan ini sebenarnya sudah dirasakan oleh universitas-universitas yang lebih dulu berdiri dan telah mapan, agar IKA-ITS terus membimbing dan mengarahkan adik-adiknya dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
“ Jangan lupa, tugas IKA adalah ngopeni (mengayomi) adik-adik yang baru”, ujar Guru Besar Teknik Kelautan ini, ia sering mendapati alumni ITS yang punya skill namun karena sulitnya akses sehingga pekerjaan yang didapatkannya tidak sepadan.

Namun ia perlu menegaskan bahwa Perguruan Tinggi juga harus menyadari adanya kesukuan intelektual, seperti yang terjadi dibanyak instansi. Itu dikarenakan setiap Perguruan Tinggi berusaha untuk menguasai suatu instansi dengan memasukan lulusan-lulusannya yang akhirnya akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat.

Pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Rektor PTN Indonesia 2002-2003 berpesan kepada para wisudawan baru agar mereka bisa menjaga dengan baik nama almamater di manapun mereka bekerja dan berkarya. ( ITS Point)