Kiprah AlumniProfil

Gatot Kustyadji

Gatot Kustyadji lahir di Madiun pada tanggal 25 Juli 1963. meraih gelar sarjana Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada tahun 1988. Melanjutkan pendidikan pasca sarjana di Universitas Andalas dengan mengambil bidang studi Ekonomi Perencanaan Pembangunan dan lulus sebagai wisudawan terbaik pada tahun 1999. Selanjutnya Meraih gelar Doktor pada bidang sumber daya manusia dari Universitas Brawijaya dengan predikat sangat memuaskan pada tahun 2014.

Memulai karir di PT Aneka Gas Industri pada tahun 1988, Gatot Kusyadji kemudian berpindah ke PT Semen Padang dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1990 sampai 2005. Etos kerja dan loyalitas yang tinggi kepada perusahaan telah mengantarkannya mencapai puncak karir di perindustrian semen. Dimulai pada tahun 2005 – 2009 diangkat sebagai Direktur Litbang PT Semen Tonasa, yang masih satu holding dengan PT Semen Padang di bawah naungan induk PT Semen Gresik waktu itu. Kemudian pada tahun 2009 – 2012 ditunjuk sebagai Direktur Proyek PT Semen Tonasa dan tahun 2012 – 2013 sebagai Direktur Produksi PT Semen Tonasa. Karir berlanjut menjadi Direktur Utama PT Semen Gresik 2013-2014 sebuah anak perusahaan semen yang baru sehubungan dengan transformasi dari holding PT Semen Gresik menjadi PT Semen Indonesia pada 7 Januari 2013. Menakhodai PT Semen Gresik yang berstatus sama dengan PT Semen Tonasa dan PT Semen Padang tentulah pekerjaan yang berat, karena saat pembentukan PT Semen Gresik yang baru tersebut, seluruh karyawannya adalah berstatus karyawan PT Semen Idonesia dan pada saat itu PT Semen Gresik ditugaskan untuk mendirikan pabrik semen di Rembang yang dalam perjalannya muncul dinamika yang tinggi karena penolakan segelintir masyarakat yang didukung oleh LSM telah menjadi isu ditingkat nasional.

Keberhasilannya dalam menjalankan tugas transisi di PT Semen Gresik berbuah manis, dengan ditunjuknya Gatot Kustyadji oleh pemegang saham PT Semen Indonesia (Persero) Tbk menjadi Direktur Legal & Human Capital PT Semen Indonesia perode 2014-2016 dan tahun 2016 – 2017 sebagai Direktur Engineering & Project PT Semen Indonesia. Kemudian pada tahun 2017 – 2018 ditugaskan kembali sebagai Direktur Utama PT Semen Gresik dan pada tahun 2018 – maret 2019 lalu ditugaskan sebagai CEO Thang Long Cement Company di Vietnam.

Kecintaanya pada pendidikan dan kesamaan visi dengan Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk saat itu Dwi Soetjipto, maka Gatot Kustyadji diberikan tugas untuk merintis pendirian Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Semen Indonesia (STIMSI), dan tugas ini berhasil dilaksanakan dengan berdirinya STIMSI pada bulan Mei 2014 yang saat itu hanya memiliki 2 jurusan yaitu manajemen dan manajemen rekasaya Seiring waktu STIMSI berkembang pesat dan berubah nama menjadi Universtias Internasional Semen Indonesia (UISI) dan saat ini memiliki 10 jurusan dan program studi. Selepas mengabdi di industry semen, saat ini Gatot Kustyadji mendharma-baktikan ilmunya dengan menjabat sebagai pengajar di UISI (Universitas Internasional Semen Indonesia).

Selama masa pengabdiannya tersebut, holding PT Semen Indonesia telah tumbuh menjadi perusahaan semen yang menguasai kapasitas produksi terbesar ke-20 di dunia sejak 2015. Pada tahun itu, kapasitas produksi perseroan mencapai 31 juta ton, melampaui Siam Cement Group (SCG) yang berkapasitas 26 juta ton, dan tercatat sebagai pemain terbesar urutan 20 di dunia. Merupakan sebuah kebanggaan PT Semen Indonesia mampu menjadi tuan rumah perindustrian semen di negeri sendiri.

Kesuksesan karir Gatot Kustyadji di industri semen tak lepas dari bimbingan senior yang diakuinya sebagai mentor, yaitu Dwi Soetjipto yang saat ini menjadi kepala SKK Migas. Kedekatan mereka bermula ketika masih sama-sama mengabdi di PT Semen Padang. Selain karena berasal dari satu jurusan yang sama di ITS, keakraban Gatot Kustyadji dan Dwi Soetjipto terjalin karena kesamaan hobi di bidang pencak silat. Dwi Soetjipto merupakan pendekar perguruan Perisai Diri sedangkan Gatot Kustyadji dari Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT).

Berkat hobinya tersebut, Gatot Kustyadji mendapat anugerah gelar Sangsako Tuanku Besar Pendekar Raja dari Kerajaan Pagaruyuang, Sumatera Barat atas kepeduliaannya dalam pengembangan pencak silat di Sumatera Barat ketika selama 15 tahun bekerja di PT Semen Padang. Selain itu pencak silat, Gatot Kustyadji juga aktif di Akademi Komunitas Semen Indonesia sebagai Ketua Senat dan Yayasan Pengembangan Persemenan Indonesia sebagai wakil ketua. Pada tahun 2012 – 2015 Gatot Kustyadji dipercaya sebagai ketua umum Altekimits (Alumni Teknik Kimia ITS) dan tahun 2015 sebagai Ketua Harian Pengurus Pusat Ikatan Alumni ITS (PP IKA ITS) periode 2015-2019. Saat ini Gatot Kustyadji sedang mengawal persiapan dan pelaksanaan kegiatan besar berskala internasional, gabungan ITS dan IKA ITS yaitu “Internasional ITS Business Summit 2019” sebagai Ketua Steering Committee, bagi ITS kegiatan IIBS adalah rangkaian Dies Natalis ITS ke-59, sedangkan bagi IKA ITS kegiatan IIBS adalah rangkaian dari Kongres 2019. Pada suatu kesempatan, Gatot Kustyadji menyampaikan bahwa inilah saatnya ITS dan IKA ITS memberikan peran yang lebih besar bagi negara dan masyarakat. Pelaksanaan IIBS adalah wujud kontribusi ITS dan IKA ITS bagi pembangunan serta menujukkan bahwa Alumni ITS memiliki kompetensi yang dapat membantu Pemerintah mewujudkan program pembangunan SDM Unggul untuk Indonesia Maju.