Berita

Dikembangkan Robot Exoskeleton

ITALIA, alumniITS.com – Upaya untuk mengembangkan exoskeleton atau robot untuk pekerjaan berbeban berat sudah ditempuh dengan dukungan dana dari Uni Eropa.

Sebanyak 12 lembaga riset di tujuh negara terlibat dalam proyek Robo-mate, yang diharapkan bisa digunakan untuk pekerjaan di pabrik-pabrik. Diharapkan robot yang bisa mengurangi kecelakaan kerja ini sudah tersedia dalam waktu tiga tahun mendatang.

Industri mobil Italia, Fiat, dan perusahaan daur ulang kendaraan bermotor yang bermarkas di Prancis, Indra, antara lain terlibat dalam proyek ini. Kedua industri tersebut antara lain akan memberikan masukan-masukan secara teknis dan kelak juga siap melakukan uji coba.

Uni Eropa menyediakan dana sebesar £6 juta untuk pengembangan exoskeleton. Tujuan utama dari proyek adalah untuk menangani tugas-tugas di pabrik yang sulit dilakukan secara otomatis.

Indra, misalnya, harus membongkar berbagai jenis kendaraan bermotor dan pada saat ini hanya manusia yang bisa menangani pekerjaan yang rumit itu.

Pada saat bersamaan pekerjaan melibatkan beban berat sehingga mengandung risiko pekerja bersangkutan mengalami masalah kesehatan.

“Orang harus menggerakkan bagian atau komponen yang beratnya lebih dari 10kg. Kegiatan itu bukan dilakukan sekali dalam sehari, tapi berulang-ulang,” jelas Dr Carmen Constantinescu, dari Institut Fraunhofer di Jerman, yang ikut dalam proyek exoskeleton seperti dilansir laman BBC.Indonesia, Kamis (12/9).

Exoskeleton dengan manusia di dalamnya mencerminkan jenis penelitian baru dalam industri manufaktur, tambahnya.

Gagasannya adalah bagian-bagian robot akan mendukung tugas fisik bagi manusia, yang akan mengambil keputusan dalam pekerjaan itu.

Sebuah lembaga di Inggris, Work Foundation, memperkirakan sebanyak 44 juta orang di kawasan Uni Eropa menderita masalah otot dan kerangka terkait pekerjaanya.

Bagaimanapun tetap saja ada risiko yang dikandung oleh robot ini. “Saat ini motor atau sistem hidraulis yang dibutuhkan biasanya cukup besar dan lambat. Jadi harus ditemukan cara untuk memperkecilnya,” jelas Prof Darwin Caldwell dari King’s College, London.

“Kita harus tetap mengingat bahwa exoskeleton pada prinsipnya adalah robot yang melakukan kontak fisik dengan manusia.” sambungnya. (endy)