Berita

Belanja Pemerintah Kurang Dorong Pertumbuhan Ekonomi

JAKARTA, alumniITS – Besarnya belanja pemerintah di akhir 2012 dinilai tak banyak mendorong pertumbuhan ekonomi lebih besar sesuai target. Pertumbuhan ekonomi seperti tahun sebelumnya masih akan didorong oleh permintaan domestik yang tumbuh lebih tinggi dari investasi.

Pada triwulan IV-2012 pertumbuhan ekonomi akan sedikit lebih rendah berada pada level 6,12 persen sehingga secara keseluruhan tahun 2012 akan mencapai 6,24 persen. Pertumbuhan ekonomi ini sedikit terhambat karena ekspor masih mengalami tekanan akibat penurunan harga dan permintaan eksternal yang melemah di saat impor melaju tinggi.

“Kontribusi penyerapan anggaran tampaknya kurang signifikan karena realisasi defisit fiskal tahun 2012 hanya 1,77 persen dari PDB. Ini berada di bawah target dalam APBN-P 2012 sebesar 2,2 persen dari PDB, meskipun realisasi subsidi energi cukup tinggi dan realisasi barang belanja modal hanya sekitar 79 persen,” papar Kepala Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan seperti dilansir SH.com, di Jakarta, Selasa (5/2).

Sektor tersier (nontradable) masih akan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi, terutama dari sektor transportasi dan komunikasi yang secara konsisten tumbuh pada tingkat 10 persen setiap triwulan pada tahun lalu. Sementara untuk manufaktur ada perlambatan karena kinerjanya buruk.

Senada, Pengamat Ekonomi Bank Himpunan Saudara Rully Nova menuturkan, dominasi pertumbuhan ekonomi di tahun ini masih dari sektor tradable atau sektor manufaktur dan pertanian yang tumbuh secara signifikan. Namun, dari sisi laju pertumbuhan, sektor nontradable tumbuh lebih tinggi seperti sektor jasa keuangan.

Menurutnya, faktor yang memang sudah diprediksi tidak bisa diharapkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada 2012 adalah dari sisi ekspor yang melemah. Sementara untuk konsumsi dan investasi bergerak cukup signifikan sesuai dengan pergerakannya setiap tahun.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, sepanjang 2012 pertumbuhan ekonomi yang akan dirilis Badan Pusat Statistik berada di level 6,3 persen. Pertumbuhan ekonomi ini disinyalir masih bertumbuh cukup tinggi dibandingkan dengan negara lain yang terimbas krisis global.

Kendati pertumbuhan ekonomi termasuk tinggi, tetapi ada tantangan yang harus diselesaikan, yaitu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dengan pemerataan ekonomi yang lebih baik dan tidak ada gap atau kesenjangan yang tinggi antara orang miskin dan orang kaya.

“Dilihat di dunia pertumbuhan kita itu termasuk tinggi. Tingkat deviasinya paling kecil. Tantangan kita itu yakni bagaimana supaya inklusif, buat pemerataan yang baik, atau tidak ada gap besar antara yang miskin dan yang kaya,” tuturnya.

Senada dengan Menteri Keuangan, Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang PS Brodjonegoro mengatakan pertumbuhan ekonomi 2012 masih akan mencapai 6,2- 6,3 persen, meskipun tidak mencapai target di APBN-P 2012 sebesar 6,5 persen. Hal ini dengan mempertimbangkan kontribusi belanja pemerintah yang cukup tinggi, namun sayangnya masih terhambat ekspor yang tumbuh lebih kecil.

“Meskipun tidak sampai negatif (pertumbuhan ekspor) ya mudah-mudahanlah pertumbuhan ekonomi masih bisa berada di atas 6 persen,” ujarnya. ([email protected])