Berita

Menuju Kampus Kelas Dunia dgn ICT

Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh dalam berbagai kesempatan mendorong seluruh kampus perguruan tinggi untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunis (information communications technology– ICT). Dia menyebut ada empat tahapan dalam dunia ICT yakni layer connectivity, transaction, collaboration dan transformation.

Connectivity yakni tahap ketika IT menghubungkan satu komputer dengan komputer lainnya, satu universitas dengan universitas lainnya. Transaction, ketika IT bisa memberikan layanan kepada user-nya. Collaboration adalah tahapan ketika terjadi kolaborasi antara civitas dengan perguruan tinggi, lalu antarperguruan tinggi, dan perguruan tinggi dengan pemangku kepentingan lain. Tahapan tertinggi, transformation, terjadi ketika IT dalam jangka panjang bisa menyebabkan terjadinya transformasi sosial.

Menteri Nuh menginginkan setiap kampus mampu menyediakan sarana internet untuk mahasiswa. Idealnya, setiap mahasiswa mendapat jatah 0,75 Kbps, seperti yang telah ditetapkan dalam Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi, Badan Akreditasi Pendidikan Nasional, Departemen Pendidikan Nasional 2007.

Keinginan pemerintah itu bukannya tanpa alasan. Persaingan global memerlukan kemampuan segenap perguruan tinggi di Indonesia untuk menggerakkan seluruh daya dan upaya untuk mencapai beberapa langkah secara sinergis, agar bisa menjadi perguruan tinggi kelas dunia (world class university-WCU). Prof. Dr. Tridoyo Kusumastant dari IPB dalam tulisannya yang berjudul “Etika Akademika Menuju World Class University menyebut empat kriteria WCU. Pertama, 40 persen tenaga pendidik lulusan S3, dan publikasi internasional dua naskah per staf per tahun. Kedua, jumlah mahasiswa pasca sarjana 40 persen dari total populasi mahasiswa. Ketiga, anggaran riset minimal US$1.300 per staf per tahun, dan jumlah mahasiswa asing lebih dari 20 persen. Terakhir, keempat, ICT 10 kb per mahasiswa.

Ukuran-ukuran tersebut penting sebagai dasar bagi referensi kesejajaran perguruan tinggi di Indonesia dengan perguruan tinggi bertaraf internasional. Harus diakui, pengakuan sebagai WCU sangat didambakan perguruan tinggi (PT). Tak hanya di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara.

Namun kenyataannya, pemanfaatan ICT di dunia pendidikan Indonesia belumlah merata. Hingga tahun lalu, di Indonesia tercatat 2.428 institusi pendidikan tinggi yang meliputi 81 perguruan tinggi negeri, dan 2.347 perguruan tinggi swasta. Secara keseluruhan, perguruan tinggi tersebut menampung sekitar 16.8% rakyat Indonesia yang berusia antara 19-24 tahun (usia pendidikan tinggi). Dari sisi kualitas, perguruan tinggi di Indonesia berada pada spektrum yang sangat lebar, dan umumnya berada pada tingkat kualitas yang masih rendah. Karena itu, boleh dikatakan bahwa perguruan yang memanfaatkan ICT pun masih minim.

Pada 2004 Institut Teknologi Sepuluh Nopember dibantu JICA menyurvei infrastruktur lCT di wilayah Indonesia Timur dan sebagian Wilayah Tengah dan Barat. Hasilnya, anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan ICT masih sangat minim. Rata-rata anggaran yang besar digunakan untuk investasi awal saja akan tetapi untuk perawatan dan operasional masih sangat kurang.

Jumlah komputer yang bisa digunakan untuk akses internet pun masih minim. Ada beberapa permasalahan yang menyebabkan hal tersebut terjadi, antara lain dikarenakan bandwidth yang ada masih sangat terbatas untuk menghubungkan ke dalam jaringan intranet, membutuhkan biaya komunikasi yang mahal, dan content yang bisa diakses masih sangat minim.

Permasalahan bandwidth memang paling dominan karena jumlah komputer yang terhubung di intranet hanya sekitar 50 persen sedangkan dari 50 persen tersebut hanya sekitar setengahnya yang bisa akses internet. Standar internasional untuk bandwith adalah 1 kbps/mahasiswa.

Saat ini memang sudah ada berbagai usaha dari Dirjen Dikti untuk meningkatkan penetrasi ICT ke berbagai perguruan tinggi. Salah satu dari usaha tersebut adalah pengimplementasian JARDIKNAS (Jejaring Pendidikan Nasional) dan Global Development Learning Network (GDLN).

Dengan JARDIKNAS, seluruh kantor dinas pendidikan, perguruan tinggi, sekolah, dan unit lainnya terhubung untuk mengembangkan konten dan pembelajaran jarak jauh, dan pengembangan sistem administrasi secara online. JARDIKNAS sejak 2006 telah menjadi program prioritas, dan menjadi salah satu flagship yang terbesar di Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (DeTIKNas), yang dipimpin langsung Presiden RI.

JARDIKNAS saat ini telah terhubung 942 titik melalui Jardiknas Zona Kantor dengan total bandwidth mencapai 2 Gbps. Tahun lalu, bersama dengan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, berhasil dilakukan win back untuk penyediaan Jardiknas Zona Perguruan Tinggi.

Sedangkan GDLN memberikan telecommunication network infrastructures yang tersambung dengan Distance Learning Centers di berbagai kota dari seluruh dunia. Distance Learning Centers ini memiliki sumber daya pembelajaran yang berkualitas tinggi dan bisa dimanfaatkan secara bersama-sama melalui GDLN. Proses pembelajaran itu sendiri bisa dilakukan melalui video conference dan interaksi internet. Saat ini sudah ada empat perguruan tinggi yang tersambung dengan GDLN, yaitu UI sebagai pusatnya, Universitas Riau, Universitas Udayana, dan Universitas Hasanuddin sebagai cabangnya.

Ada pula program SMART Campus untuk pendidikan tinggi, yang mencakup penyediaan infrastruktur, penyediaan layanan dasar kampus, aplikasi dan konten, serta pengelolaan bisnis dan kastemer di lingkungan kampus. Juga telah dilakukan kerja sama inkubasi antara BUMN ini dengan institusi pendidikan untuk menciptakan tumbuhnya industri kreatif yang berbasis pendidikan.

Upaya pemerintah dan BUMN tersebut untuk membantu perguruan tinggi Indonesia menjadi kampus bertaraf internasional memang masih butuh waktu panjang. Butuh kerja keras, dan kemauan semua pengelola kampus, untuk memanfaatkan ICT. Dari seluruh perguruan tinggi yang ada, baru 10 persen saja yang terkoneksi. Bayangkan efeknya jika seluruh perguruan tinggi di Indonesia saling tersambung secara online. Dampak bagi proses belajar-mengajar akan sangat luar biasa. Pencarian bahan kuliah atau riset, misalnya, akan lebih mudah didapat. Mari bersama giatkan usaha menjadikan kampus lokal sebagai kampus kelas dunia.

Hesti Nugrahani

Praktisi Telekomunikasi