Berita

BPPT Tumbuhkan Jiwa Wirausaha Berbasis Teknologi

JAKARTA, alumniITS.com – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyelenggarakan Technopreneurship Camp, untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan di kalangan pemuda yang berbasis teknologi.

Saat ini keberadaan Technopreneurship sangat diperlukan, mengingat Indonesia memiliki banyak sumber daya alam dan sumber daya manusia berusia produktif.

“Usia produktif merupakan syarat utama Technopreneurship karena usaha berbasis teknologi ini membutuhkan kreativitas, daya juang, upaya yang besar dan intelektualitas yang tinggi,” ungkap Kepala BPPT Marzan A. Iskandar di Jakarta, Rabu (11/9).

Indonesia, lanjut Kepala BPPT merupakan negara dengan keuntungan ganda dari sisi demografi karena penduduknya didominasi oleh kalangan usia produktif dan sumber daya alam yang melimpah. “Kita beruntung memiliki bonus demografi itu dan harus kita manfaatkan seoptimal mungkin agar sumber daya yang kita miliki dapat berguna,” jelas Marzan.

Menurutnya, teknoprener harus dilakukan di negara dengan penduduk yang mayoritas merupakan golongan usia produktif. Teknoprener di Indonesia dijelaskan Marzan dapat menjadi kunci untuk negara ini dalam mempersiapkan dan melalui era pembangunan yang disebut sebagai ‘Innovation Driven Economy’.

“Jika kita tidak membangun bisnis dengan inovasi, bangsa ini terjebak pada situasi middle income trap, dimana pendapatan perkapita diyakini akan stuck di level tertentu. Untuk mencegahnya perlu membangun teknoprener Indonesia. Dan Technopreneurship Camp merupakan sarana strategis untuk menyiapkan generasi muda Indonesia agar bangsa ini melaju pembangunan ekonominya menuju 8 besar di tahun 2025 mendatang,” terangnya.

Indonesia bisa mencapai dan melewati era pembangunan tersebut tentu setelah sejumlah persiapan dan program yang dicanangkan oleh pemerintah dijalankan dengan baik. Program seperti pengusaha pemula berbasis teknologi (PPBT) diperlukan untuk percepatan dan pembangunan Indonesia sebagai lokomotif tumbuh dan berkembanganya perekonomian Indonesia.

“Dengan banyaknya inovasi di bidang teknologi, tentu ini dapat digunakan dan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar Internasional,” kata Marzan.

Staf Ahli Menristek Bidang Energi dan Material Maju, Idwan Suhardi menambahkan suatu proses inovasi tidak langsung terlihat dampaknya. Karenanya  aktivitas seperti ini intinya adalah bagaimana Iptek menghasilkan suatu produk barang dan jasa untuk dikomersialkan. “Technopreneurship camp ini menjadi sangat penting agar kita tidak hanya bisa mencipta tapi bagaimana hasil ciptaan kita itu juga dapat kita komersialisasikan,” ujarnya.

Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinasi Industri Inovasi Teknologi dan Kawasan Ekonomi, Budi Santoso mengharapkan acara ini dapat menjadi fasilitator bagi pengembangan  wirausaha berbasis teknologi khususnya bagi generasi produktif. “Karena dengan bisnis berbasis teknologi inilah kita harapkan dapat mendorong pembangunan ekonomi nasional,” tegasnya.

Kegiatan dalam Technopreneurship Camp terbagi tiga bagian. Hari pertama diisi pelatihan bisnis dan teknologi. Hari kedua peserta akan melakukan praktik penyusunan rencana bisnis dan pembinaan. Selanjutnya pada hari ketiga masing-masing peserta diminta untuk memaparkan proposal rencana bisnis berbasis teknologi.

“Ini merupakan salah satu upaya kita untuk menumbuhkembangkan budaya inovasi di kalangan pemuda dan mahasiswa sehingga menghasilkan berbagai inovasi produk berdaya saing,” kata Marzan.

Hingga pelaksanaan ke-sepuluh, tidak kurang dari 2.000 peserta sudah pernah mengikuti kegiatan Technopreneurship Camp sejak pertama kali diadakan. “Kami berharap dari 2.000 orang ini, paling tidak ada sekitar 10 persen yang benar-benar menjadi pebisnis berbasis teknologi yang menghasilkan produk berdaya saing tinggi,” pungkas Marzan. (endy)