Berita

Saham Otomotif Kian Atraktif

JAKARTA, alumniITS.com – Penaikan harga BBM bersubsidi berimbas negatif ke saham-saham otomotif untuk jangka pendek. Apalagi, regulasi LCGC belum keluar. Hanya saham GJTL yang atraktif.

Pada perdagangan Selasa (21/5/2013) semua saham sektor otomotif melemah. Saham PT Astra International (ASII) melemah Rp50 (0,69%) ke Rp7.150; PT Astra Otoparts (AUTO) turun Rp75 (2,2%) ke Rp3.325; PT Selamat Sempurna (SMSM) stagnan di Rp2.625; PT Indomobil Sukses Internasional (IMAS) turun Rp100 (1,86%) ke Rp5.250; dan PT Gajah Tunggal (GJTL) turun Rp75 (2,43%) ke Rp3.000 per saham.

Satriawan, analis dari Mandiri Sekuritas mengatakan, secara teknikal saham-saham otomotif di luar GJTL kurang menarik.
“Terutama saham ASII yang belum memperlihatkan pembalikan arah menguat,” katanya seperti dilansir laman Inilah, Rabu (22/5).

Dia menengarai, nanti jika regulasi mobil murah dan ramah lingkungan atau low cost and green car (LCGC) sudah keluar,
saham ASII akan kembali naik. “Jika regulasi LCGC keluar, akan jadi katalis penguatan bagi ASII,” ujarnnya. “Selama belum keluar, ASII masih di situ-situ saja dan bahkan cenderung turun.”

Untuk jangka pendek, lanjut dia, penaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akan berpengaruh negatif pada saham ASII.
“Akibatnya, terjadi rotasi portofolio dari ASII ke PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM). Kelihatan, saham TLKM naik terus.
Jadi, ada switching dari ASII ke TLKM untuk saham berkapitalisasi besar,” ucapnya.

Dia menegaskan, penaikan harga BBM memicu orang untuk cenderung beli motor. Karena itu, penjualan mobil ASII akan
berkurang untuk jangka pendek. Hanya saja, kata Satriawan, setelah aturan LCGC keluar, pergerakan saham ASII akan kembali membaik.

“Sekarang, cost-nya untuk produksi AGYA dan AYLA sudah dibukukan dalam laporan keuangan, tapi ASII tidak bisa menjualnya. Mereka sudah produksi sehingga menjadi inventory cost. Jadi, gong pergerakan saham ASII tergantung LCGC,” ungkap dia.

Karena itu, Satriawan merekomendasikan positif saham ASII untuk jangka panjang di atas 1 tahun. Sebab, untuk jangka
pendek, harga saham ASII saat ini memang sudah di bawah, tapi untuk rebound memang belum kelihatan. “Karena itu, saya rekomendasikan hold saja dulu untuk saham ASII. Jika turun lagi malah, bisa buy on weakness. Untuk buy, masih belum kelihatan,” ungkap dia.

Secara teknikal, kata dia, ASII memiliki support di Rp6.800 dan resistance di Rp7.200. Menurutnya, di sekitar Rp6.800-
6.700, bisa buy on weakness. “Tren saham ASII masih turun dalam jangka menengah,” tandas dia.

Memang secara teknikal, saham ASII hampir jenuh jual (oversold), tapi belum memberikan sinyal rebound jika melihat
indikator The Relative Strength Index (RSI). “Setelah oversold pun, belum tentu balik arah menguat. Ini hanya tanda harga saham sudah sangat lemah sehingga koreksi lanjutannya sudah terbatas,” ungkap Satriawan.

Begitu juga dengan kondisi saham AUTO juga hampir sama seperti ASII. Bagi yang sudah punya saham ini, hold saja. “Bagi yang belum punya buy on weakness di sekitar Rp3.300-3.400 dengan target resistance di Rp3.550 dalam dua pekan ke depan. Intinya untuk jangka pendek,” tuturnya.

IMAS juga belum mengalami pergerakan. Saham ini, kata dia, masih konsolidasi akut sehingga lajunya belum ke mana-mana sejak September 2012. “Pergerakannya belum banyak. Naik 100 turun 100. Naik Rp200, turun Rp200 juga,” papar dia.

Karena itu, menurut Satriawan, untuk trading saham IMAS tidak menarik. Sebab, pergerakannya tidak ke mana-mana dalam kisaran Rp5.200 hingga Rp5.400. “Untuk trading, hindari saham ini, karena tidak menarik. Bagi yang sudah punya, hold saja.

Beli di harga sekarang, minggu depan pun bisa masih di harga sekarang. Daripada dana mengendap di saham ini, lebih baik cari saham dari sektor lain,” kata dia mewanti-wanti.

SMSM merupakan saham otomotif yang kurang likuid dibandingkan yang lain. Walaupun, dari sisi technical chart-nya saat ini sedikit membaik. “Trennya masih naik dibandingkan yang lain,” tuturnya.

Menurut dia, SMSM memiliki support di Rp2.550 dan resistance Rp2.725. Dia merekomendasikan speculative buy untuk SMSM di atas resistance tersebut. Jika saham ini bisa menembus resistance Rp2.725, bisa melanjutkan penguatan ke Rp3.000. “Tapi, dari sisi likuiditas kurang menarik, karena volume transaksinya kecil, masih kurang untuk trading dibandingkan saham lain,” tandas dia.

Untuk GJTL, Satriawan menilai positif jika melihat horison beberapa tahun ke belakang. Tapi, untuk saat ini GJTL
berpeluang mendatar terlebih dahulu. “Tapi, jika menembus resistance Rp3.200, GJTL bisa kembali melanjutkan tren
penguatannya,” ungkap Satriawan.

Dalam jangka pendek, kata dia, saham GJTL masih berada dalam tren naik. “Jika tembus Rp3.200, saham ini bisa menguat ke Rp3.500. Support GJTL di Rp2.900. Saya rekomendasikan buy untuk GJTL. Lebih oke beli jika tembus Rp3.200,” imbuhnya. ([email protected])