Kiprah AlumniProfil

Sabri Basyah

Sabri Basyah. Kelahiran Aceh, 29 Mei 1958 beliau menempuh pendidikan S1 jurusan Teknik Perkapalan di Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya masuk tahun 1976. Saat ini menjabat sebagai Chairman Grup Mopoli Raya. Pernah menjabat pula sebagai Managing Director PT Nusantara Bio Energy Internastional, Direktur PT Choyang Mopoli Samsung Chemical Indonesia. Mengibarkann bendera Grup Mopoli Raya (GMR) yang membawahkan 11 anak perusahaan.

Perjalanan karir, Sabri memang bukan orang pertama yang membangun bisnis beromset Rp 100 miliar lebih per tahun ini. Namun, di bawah kepemimpinannya, GMR berkembang pesat. “Saya generasi kedua yang mengelola GMR,” ujarnya. Adalah H. Ibrahim Basyah — ayah Sabri — beserta kedua rekannya, H. Mohamad Sati dan H. Mustafa Sulaeman, yang membangun GMR pada 1979. Usaha itu dirintis sejak 1975, ketika Ibrahim mulai mengelola perkebunan kelapa sawit seluas 200 hektare. Dari nama perkebunan itu pulalah nama Mopoli diambil.

Menjadi pengusaha bukanlah cita-cita Sabri Basyah, karena beliau setelah lulus dari ITS berkeinginan menjadi dosen dan sudah melakukan korespondensi ke perguruan tinggi di Amerika Serikat dan Jerman untuk melanjutkan jenjang pendidikan S2. Takdir Allah berkehendak lain, tahun 1993 ayahandanya meninggal dunia, sehingga mau tidak mau Sabri Basyah menersukan tongkat komando perusahaan yang dirintis oleh orang tuanya.

Tonggak perkembangan GMR ditandai dengan diberlakukannya program Perkebunan Besar Swasta Nasional, program pemerintah untuk merehabilitasi kebun-kebun yang ada dengan memberikan bantuan kredit kepada para pengusaha perkebunan pada 1978. “Berangkat dari situ, kami mulai serius menekuni bisnis ini,” ungkap mantan Ketua Hipmi Sum-Ut ini

Kini, GMR telah menjelma menjadi salah satu pemain utama di bisnis kelapa sawit. Tak kurang 7 ribu tenaga kerja menggarap 24 ribu ha kebun kelapa sawit dan karet milik GMR di Sum-Ut dan Aceh. “Perkebunan kami merupakan yang terbesar di Aceh,” ungkap Sabri. Kapasitas produksinya pun kini mencapai 84 ribu ton/tahun, angka yang cukup fantastis untuk pengusaha pribumi yang mengaku sulit mendapatkan modal tambahan ini.

Diakui Sabri, kapasitas produksi GMR memang masih jauh dibanding Perusahaan Terbatas Perkebunan Nusantara atau PT Smart Tbk. (Grup Sinar Mas) yang luas areanya mencapai ratusan ribu ha. Namun, dalam skala pengusaha pribumi, “Kami termasuk salah satu yang terbesar,” ungkapnya bangga. Meski GMR merupakan perusahaan keluarga, sejak 1991 manajemennya sudah dikelola para profesional. Board of Directornya tidak dipegang lagi oleh anggota keluarga. Bahkan, telah lama mereka berencana go public, tapi urung dilakukan karena badai krisis menghantam negeri ini. Hal itu menunjukkan, GMR mempunyai komitmen memajukan perusahaan.

Pada 1998, bekerja sama dengan perusahaan Korea Samsung, GMR mendirikan perusahaan yang memproduksi bahan campuran plastik yang salah satunya dipakai untuk membuat casing produk elektronik dan paralon, di bawah bendera PT (CMS) Choyang Mopoli Samsung) Chemical Indonesia. CMS diklaim Sabri sebagai satu-satunya perusahaan hilir — lapis ketiga dari CPO — di Indonesia. “Kami memang terus mencari celah agar bisa bertahan di tengah persaingan bisnis yang makin ketat,” tutur salah satu direktur di CM ini. Samsung memang masih mendominasi kepemilikan saham CMS, tapi GMR tertarik bermitra dengan mereka, karena melihat perusahaan itu sudah lama mengembangkan produk yang cukup inovatif tersebut. “Ini nilai lebih bagi perusahaan kami,”katanya.

Pada tahun 2006 mendirikan perusahaan PT Nusantara Bio Energi International (NBEI) dengan menggandeng perusahaan dari Itali dan Singapura dengan kapasitas produksi 250.000 metric ton per tahun dengan nama merk NusaFuel dan telah memenuhi standar internasional yaitu DIN 14214 dan ASTM 6751.

Cak Sabri, sapaan akrabnya aktif di IKA ITS sejak era Cak Kristiono sampai sekarang. Aktif memberikan masukan bagi PW IKA ITS Sumatera Utara dan Aceh. Selain itu Cak Sabri pernah menjadi pengurus di HIPMI Sumatera Utara, Junior Chamber of Commerce International dan Gabungan Industri Kelapa Sawit Indonesia