Berita

Kisah Heroik Tim Sapu Angin Surya di Australia

Cak Mohammad Nur Yuniarto, alumni ITS yang kini menjadi dosen Teknik Mesin ITS, dan tengah bertugas mendampingi tim Sapu Angin Surya alias Widya Wahana IV, tidak membayangkan bahwa Lomba World Solar Challange begitu berat. Seberat apakah? Berikut laporannya.

Dear all,

Pertama sekali kami mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya atas bantuan dan dukungan yang diberikan kepada kami. Kedua kami ingin memohon maaf atas hasil yang didapat yang sangat kurang memuaskan (jika dilihat dari urutan hasik lombanya saja). Akan tetapi jika dilihat dari keseluruhan proses, tim telah mengalami penempaan mental yang luar biasa komplit lahir dan batin.

Lomba World Solar Challenge “ternyata” merupakan lomba yang sangat berat sekaligus menguras semangat, emosi dan juga finansial. Tim ITS berangkat ke Australia dengan bondho nekat, bayangkan saja dengan dana yang sangat minim untuk ukuran lomba ini, tim  hanya berhasil mendapatkan sponsor sebesar 500 juta ditambah dengan dana pembuatan mobil sebesar 1 M dari pemerintah dan ITS. Sebagai perbandingan tim-tim besar dari Jepang, Eropa dan US mereka menghabiskan dana tidak kurang dari 9 Juta USD utk berlaga di Australia ini.

Akan tetapi jangan kuatir dengan dana minim, kita telah berusaha semaksimal mungkim untuk dapat ikut serta dalam race ini. Beberapa capaian yang didapat dari tim ITS adalah:

1. Mampu dinyatakan lolos scrutineering untuk bisa ikut serta dalam race. Capaian ini sudah sangat baik mengingat tim ITS baru pertama kali ikut lomba. Cambridge University dengan dana jutaan poundsterling gagal scrutineering karena desain mereka yang tidak baik dan safe untuk digunakan di jalan raya. Tim Cambridge University dan satu lagi tim dari jepang tidak diperbolehkan untuk ikut race sama sekali.

2. Free Practice selama 3 hari di sirkuit Hidden Valley Speedway, Darwin, NT, Australia, tim ITS berhasil mengikuti free practice ini dengan sangat baik dengan catatan waktu rata-rata 2 menit 24 detik untuk sirkuit sepanjang 2.8 km. Di hari ketiga masalah mulai muncul, saat Free Practice terakhir, saat fast lap tiba-tiba knuckle roda depan patah. Tim memiliki waktu semalam untuk memperbaiki knuckle yang patah tersebut. Tim tetangga paddock kami dari University of Western Sydney, sampai geleng-geleng kepala karena tepat pukul 06.00 pagi di hari sabtu, 05 oktober mobil surya ITS sudah selesai diperbaiki dan siap untuk ikut babak kualifikasi.

3. Babak kualifikasi, setiap tim diberi kesempatan sekali warming up lap dan sekali timing lap. Seperti di F1, kami harus membaca situasi yang tepat untuk keluar paddock, jam 11 an tim memutuskan untuk turun, warming up lap berjalan lancar, kemudian diikuti oleh timing lap. Saat itu mobil surya ITS melaju dengan cepat dan stabil sehingga harus melakukan over take mobil mobil surya lain yang lebih lambat, saat akan mengambil mobil surya italia, secara sengaja mereka menutup racing line mobil surya ITS, sehingga driver harus melakukan pengereman dan mengambil jalur agak ke dalam akhirnya saat timing lap tersebut tim ITS hanya berhasil mencatatkan waktu 2 menit 26 detik dan berada di posisi 11. Posisi ini jauh lebih baik dari Nuon (pemenang) dan Tokai (runner up) yang saat kualifikasi melintir di tikungan terakhir.

4. Race Darwin to Adelaide. Tim ITS start dari urutan sebelas dari 31 peserta di challenger class pukul 09.30 waktu setempat. Tim berhasil menempuh jarak 146 km di hari pertama. Saat dianalisis di performance monitoring sistem kami. Sel surya kami mengalami kerusakan dan hanya membangkitkan daya rata-rata 600 watt. Saat kami desain seharusnya solar sel kami bisa menghasilkan daya diatas 1 Kilowatt. Akhirnya tim berdiskusi apakah akan tetap melanjutkan lomba atau menyerah. Tim akhirnya memilih melanjutkan lomba dengan konsekuensi sebagian menggunakan mobil surya dan sebagian lagi menggunakan trailer. Dari beberapa peserta yang ditrailer, lomba ini menjadi lomba trailer. Perjalanan dari Darwin menuju Adelaide sungguh sangat berat dan keras, kami harus melewati gurun-gurun dengan cuaca sangat ekstrem sampai 42 derajat celsius dan melakukan camping di pinggir jalan saat malam dimana tidak ada fasilitas air dan toilet. Ini kami lakukan selama 3 hari di daerah northern teritory. Belum lagi serangan serangga “sun flies” yang mengakibatkan kulit bentol bentol gatal dan akhirnya bernanah.
Memasuki daerah southern australia selepas Allice Spring,  cuaca berubah menjadi sangat tidak bersahabat. Suhu dingin sampai di bawah 10 derajat celsius menjadi sahabat kami di malam hari saat camping di pinggir jalan. Stamina dan kondisi fisik tim diujicoba habis-habisan oleh dinginnya gurun di Australia. Saat di South Australia ini, angin cross wind berhembus sangat kencang. Tim dari Swedia menjadi korban dimana mobil mereka terbalik dan hancur. Begitu juga dengan trailer dan mobil surya dari tim Kanada, blue sky. Alhamdulillah ditengah hembusan angin dingin yang sangat kencang tim ITS berhasil menjalankan mobil tiap hari rata-rata 150 an km dengan tenaga matahari.

5. Finish di Adelaide. Pukul 11 lebih sedikit mobil surya ITS memasuki parc ferme di finish line kota adelaide dan secara ofisial dinyatakan menempuh jarak 784 km dengan tenaga matahari. Saat di garis finish tim berandai-andai seandainya sel surya tidak bermasalah pasti kita bisa mencatatkan kilometer yang lebih banyak. Apapun harus disyukuri bahwa tim ITS berhasil mencapai finish di urutan 21 mengalahkan cambridge university dan universitas tetangga sebelah dari malaysia yang sudah dua kali ikut. Untuk diketahui tim yang berhasil finish tanpa ditrailer hanya 10 tim saja sisanya harus naik trailer termasuk tim ITS.

6. Post race, setelah finish di Adelaide, tim diberi tempat menginap dan sekaligus konsumsi oleh AIDSA. Terima kasih kepada kawan kawan di AIDSA khususnya Bapak Basuki Suratno, alumni Mesin ITS M24 yang berdomisili di Sydney yang menghubungkan kami dengan kawan kawan AIDSA di Adelaide. Selama menginap kami dijamu dengan sangat baik. Entah dengan apa kami bisa membalas kebaikan kawan-kawan di AIDSA. Tim saat ini sedang menunggu konfirmasi tiket kembali ke Indonesia, karena memang saat akan berangkat kami masih menunggu kepastian dari Garuda untuk menjadi sponsor kami. Akhirnya saat tim sdh berada di australia dan siap race baru Garuda mengkonfirmasi bahwa mereka tidak bisa menjadi sponsor kami. Yang menjadi masalah adalah tim terlanjur berangkat ke australia sementara tiket kembali belum didapatkan. Selama perjalanan race tim mencoba untuk kontak Garuda dan akhirnya kami diberi diskon 10% dari harga normal yang setelah kami bandingkan harga diskon garuda masih lebih mahal daripada harga tiket maskapai lain.

Mohon doanya agar kami bisa segera mendapatkan tiket dan kembali ke Indonesia. Demikian catatan perjalanan tim bonek ITS yang sekarang ini memiliki motto “stupid but spirit”. Stupid karena nekat berangkat dengan segala keterbatasan dan juga mencoba menjawab tantangan dengan modal seadanya. Akan tetapi karena sudah terlanjur apapun yang ada di depan harus dihadapi dengan semangat atau spirit.

Sekali lagi tim memohon maaf karena belum berhasil memenuhi target masuk 10 besar dunia.

Salam “stupid but spirit” ,

ITS Solar Car Racing Team