Berita

Teknologi Bioremedian Atasi Pencemaran Lahan Pertanian


JAKARTA, alumniITS – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memberikan kontribusi sekaligus solusi teknologi untuk mengurangi pencemaran kimia (residu logam berat dan pestisida) di lahan pertanian Pulau Jawa. Teknologi Bioremedian merupakan teknologi yang mampu mengatasi masalah lahan pertanian.

“Cemaran dan residu kimia pada lahan pertanian menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah karena terganggunya metabolisme penyediaan nutrisi dalam tanah oleh mikrob-mikrob tanah, kata ,” ungkap Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB), Listiyani Wijayanti seperti dilansir laman BPPT, Rabu (8/1/2013)

Selain itu, lanjut dia, menumpuknya residu kimia dalam batang, akar dan gabah dapat membahayakan kesehatan manusia dan binatang yang mengkonsumsi produk-produk pertanian.

Listiyani menekanankan upaya menjaga bumi merupakan kewajiban semua pihak tidak terkecuali. “Setiap penerapan teknologi tidak boleh meninggalkan kearifan lokal, kita tetap pegang kearifan lokal walaupun banyak teknik-teknik baru untuk meningkatkan produksi. 

Kerjasama BPPT dengan jajaran Departemen Pertanian dalam program bioremediasi lahan pertanian ini merupakan contoh aliansi yang amat baik antara akedemisi di lingkungan institusi pemerintah dalam mengatasi permasalahan nasional khususnya produksi padi dan tanaman pangan lainnya, ungkapnya.

Kepala Program Teknologi Bioremidiasi Lahan Pertanian di Pulau Jawa, Diana Nurani mengatakan bahwa program tersebut ditujukan untuk menghasilkan suatu teknologi yang dapat meningatkan produktivitas pangan di lahan sub optimal sebagai akibat dari tingginya cemaran residu agrokimia, yakni logam berat dan residu pestisida resisten serta akibat menurunnya kesuburan lahan pertanian.

“Program ini telah dilakukan sejak tahun 2011 untuk mengidentifikasi daerah yang tinggi cemarannya. Selama tahun 2012, konsentrasi kegiatan dilakukan untuk menghasilkan tiga kelompok prototipe yaitu fito-remedian untuk menyerap cemaran logam terutama Pb, mikrob-remedian untuk mendegradasi residu pestisida terutama golongan organoklorin dan prototipe mikrob untuk meningkatkan nutrisi dan megembalikan kesuburan lahan sub optimal,” ungkapnya.

Selain itu, dilakukan pemetaan dasar tentang wilayah pertanian yang tercemar. Uji efektivitas bioremedian dan penyubur telah diuji secara invitro di skala lab. “Apa yang akan dilihat hari ini adalah uji lapang penggunaan prototipe produk bioremedian dan penyubur pada lahan sawah tercemar terhadap tanaman padi,” jelasnya.

Diharapkan dari program tersebut dapat dihasilkan suatu paket teknologi bioremedian dan mikrob penyuburnya serta rekomendasi aplikasinya sehingga menaikkan produksi padi di lahan pertanian Pulau Jawa yang memang sudah diketahui terdegradasi kesuburannya. Disamping itu aplikasi teknologi ini juga akan menghindari tercemarnya residu kimia pada bulir padi dan lingkungan. (endy)