Berita

Saham Konstruksi Patut Dilirik

JAKARTA, alumniITS.com – Saham-saham konstruksi dinilai patut dilirik. Begitu juga saham-saham sektor konsumer. Di sisi lain, beberapa saham properti patut dihindari. Seperti apa?

Pengamat pasar modal Irwan Ariston Napitupulu menyarankan para pemodal untuk menghindari saham-saham di properti saat ini karena belum ada sentiment positif. Kecuali, emiten properti yang fokus pada lahan bisnis, perkantoran, dan pergudangan yang demand-nya akan tetap oke. Begitu juga dengan sektor properti sub sektor kawasan industri.

Saham-saham consumer goods juga termasuk yang cenderung konservatif untuk dimiliki. Saham-saham konstruksi juga patut dilirik seiring banyaknya proyek-proyek dari pemerintah yang akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. “Kita melihat juga pengumuman laba bersih mereka meningkat cukup lumayan pada kuartal II-2013,” katanya seperti dilansir laman Inila.com, Jumat (16/8/2013).

Pada perdagangan Kamis (15/8/2013) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup melemah 14,6 poin (0,31%) ke posisi 4.685,129. Intraday terendah 4.664,102 dan tertinggi 4.686,287. Volume perdagangan turun dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan net buy dengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan net sell. Berikut ini wawancara lengkapnya:

Inflasi Juli melambung tapi BI mempertahankan BI rate di level 6,5%. Bagaimana Anda melihat pengaruhnya terhadap IHSG?

Dari sisi ekonomi makro dan pengaruhnya ke bursa saham, kenaikan inflasi memang tinggi ke level 8,61% year on year untuk Juli 2013. Akan tetapi, tingginya inflasi tersebut lebih dipicu oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Karena itu, inflasi di atas 8% itu bisa dimaklumi meskipun perlu diwaspadai oleh para pemodal di bursa saham.Apalagi, tingginya inflasi terjadi di tengah pelemahan nilai tukar rupiah.

Apa arti tingginya inflasi di tengah pelemahan rupiah bagi para pemodal?

Dengan inflasi yang tinggi dan BI rate yang hanya bertenger di 6,5%, nilai uang termakan. Akibatnya, nilai tukar rupiah jatuh. Otomatis, pemegang rupiah lari ke dolar AS. Harga barang-barang impor pun menjadi lebih mahal sehingga berimbas negatif pada emiten-emiten yang punya ketergantungan pada impor.

Apalagi, bahan makanan pun saat ini sudah diimpor seperti daging sapi. Jadi, mau tidak mau, harga mahal sementara daya beli turun karena tergerus inflasi. Karena itu, ada kemungkinan juga kinerja dari beberapa emiten yang terkait dengan impor, otomatis menjadi tertekan.

Contohnya?

Emiten farmasi. Sektor ini mayoritas bahan bakunya berasal dari impor. Padahal, produk farmasi dijual dalam denominasi rupiah. Otomatis, margin emiten farmasi tergerus. Jika harga dinaikkan pun bermasalah karena daya beli sedang tidak bagus.

Kalau begitu, bagaimana Anda melihat arah IHSG hingga akhir kuartal III-2013?

Outlook IHSG masih sideways dalam kisaran 4.300 hingga 4.880. IHSG kemungkinan akan bolak-balik dalam kisaran tersebut. Selama belum ada trigger dari data makro ekonomi yang mendukung, IHSG akan sideways. Kondisi ini kemungkinan terjadi hingga tiga bulan pascakenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Tapi, harus kita lihat lagi dampak kenaikan BBM tersebut.

Biasanya, dampak kenaiakan harga BBM ke sektor riil dan pasar keuangan berlangsung selama tiga bulan. Jika dalam tiga bulan pascakenaikan harga BBM, harga-harga cenderung terkendali dengan aman dan rupiah tidak melorot terlalu jauh dan tidak terjadi kepanikan di pasar, saya rasa IHSG aman dan akan pulih kembali. Karena itu, support dan resistance (4.300-4.880) tadi, berlaku tiga bulan sejak harga BBM dinaikkan. IHSG akan berfluktuasi dalam kisaran lebar tersebut hingga ada trigger yang kuat di dalam negeri.

Bagaimana dengan faktor eksternal?

Kalau melihat luar negeri, berbagai indeks justru memecahkan rekor. S&P 500 memecahkan rekor tertingginya sepanjang sejarah ke atas 1.700. Jadi, sentimen dari AS sebenarnya cenderung positif. Apalagi, setelah data manufaktur AS dirilis positif sesuai ekspektasi pasar sehingga mendorong bursa saham AS melaju positif.

Kapan IHSG punya peluang untuk keluar dari kisarannya?

Hingga September 2013, saya perkirakan, IHSG tidak akan banyak mengalami pergerakan dan cenderung dalam kisarannya. Tapi, setelah September memasuki bulan Oktober 2013, IHSG akan keluar dari kisarannya. Keluarnya indeks dari kisarannya itu, saya perkirakan cenderung ke atas, bukan ke bawah.

Target Anda, IHSG hingga akhir tahun?

Mungkin antara 5.000 hingga 5.200 masih bisa. Sebab, sentimen global membaik, data makro global juga membaik. Gubernur European Central Bank (ECB) Mario Draghi sudah menyatakan, Eropa sudah keluar dari kondisi terburuknya (the worst). Artinya, Eropa sudah memberikan tanda-tanda pemulihan. Jadi, faktor global bagus. Hanya faktor dalam negeri yang perlu dicermati karena faktor inflasi tadi, sehingga IHSG butuh waktu untuk mengalami pergerakan yang berarti.

Ada kemungkinan kenaikan BI rate lebih lanjut?

Ini masih terkait dengan inflasi yang memungkinkan BI rate akan naik kembali sehingga mendorong kenaikan suku bunga pinjaman. Dari sisi ini, yang terkena dampak langsung adalah emiten-emiten di sektor properti. Buktinya, dalam beberapa bulan terakhir, saham-saham properti terus terkena aksi profit taking sehingga mengalami penurunan.

Lantas, apa saran Anda untuk saham-saham di sektor properti?

Hindarilah saham-saham properti saat ini karena belum ada sentiment positif. Jika masih yakin saham-saham properti akan naik, kurangilah posisinya. Properti di bidang perumahan akan sedikit sulit karena demand akan tertahan di tengah tingginya inflasi dan kenaikan suku bunga. Biasanya orang mengurangi kepemilikan di saham-saham properti. Apalagi, sebelumnya sudah melakukan pemborongan saham di sektor ini.

Kecuali, emiten properti yang fokus pada lahan bisnis, perkantoran, dan pergudangan. Dalam kategori ini, demand-nya akan tetap oke. Begitu juga dengan sektor properti sub sektor kawasan industri. Meskipun, untuk jangka pendek, saham-sahamnya cenderung adem ayem. Secara fundamental, kawasan industri cenderung bertumbuh karena menyangkut bisnis bukan semata untuk konsumsi sehingga demand lahan untuk industri akan terus ada.

Jadi, saham-saham pilihan Anda?

Consumer goods juga termasuk saham-saham yang cenderung konservatif untuk dimiliki. Saham-saham konstruksi juga patut dilirik seiring banyaknya proyek-proyek dari pemerintah yang akan memberikan keuntungan bagi perusahaan seperti PT Adhi Karya (ADHI), PT Wijaya Karya (WIKA), PT Waskita Karya (WSKT), dan PT Pembangunan Perumahan (PTPP). Kita melihat juga pengumuman laba bersih mereka meningkat cukup lumayan pada kuartal II-2013.

Secara umum, apa yang patut dicermati pasca-Lebaran ini?

Pemodal jangan terburu-buru masuk bursa saham. Cermati bagaimana kondisi bursa regional dan global selama sepekan setelah IHSG buka pada Senin (12/8/2013). Jika bursa regional menguat tajam saat BEI libur, IHSG tentu akan menyusul ketertinggalannya. Begitu juga sebaliknya. Jika bursa regional justru lebih banyak turun, IHSG juga akan ikut turun. Karena itu, setelah libur, bukan hal mudah bagi IHSG untuk menentukan arah. (endy)