Berita

ITS Bedah Tuntas Kurikulum 2013


SURABAYA, alumniITS.com – Staf ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Sukemi mengatakan, kurikulum 2013 memuat standar kompetensi yang dirancang khusus agar seorang siswa dapat menghadapi tantangan perubahan zaman. Sebuah kurikulum dibuat dengan memuat sistem penilaian, isi, serta proses metodologi pengajaran.

“Perubahan kurikulum yang terjadi saat ini dilakukan untuk mengantisipasi perubahan kebutuhan, keterampilan, dan sikap. Sehingga, lanjutnya, perubahan sebuah kurikulum pendidikan di suatu negara, termasuk Indonesia adalah hal yang wajar,” kata Sukemi Seminar tersebut bertajuk “Menuju Pendidikan Sains, Teknologi, Engineering dan Matematika yang Terintegrasi.” di kampus ITS Surabaya, Kamis (28/3).

Dia menambahkan, sejak Indonesia merdeka, baru terjadi sembilan kali perubahan kurikulum pendidikan. ”Sebenarnya kurikulum bisa digunakan untuk 20 tahun. Tapi perubahan itu cepat, karena itu kurikulum turut dirubah agar lulusan bisa lebih siap dengan perubahan,” kata Sukemi, seperti dikutip dari ITS Online.

Metode pendidikan yang dimuat dalam kurikulum 2013 diharapkan dapat membentuk generasi yang memiliki sikap, pengetahuan, keterampilan, dan kreativitas. Bentuk nyata dalam perombakan kurikulum lama menjadi kurikulum 2013 adalah memasukkan kompetensi-kompetensi baru yang dinilai lebih kompetitif di setiap jenjang. ”Ada banyak materi-materi di kurikulum sebelumnya yang penting, tapi ternyata belum tersampaikan di negara kita,” jelasnya.

Sukemi menyatakan, kurikulum 2013 tidak lagi memberikan tugas perancangan silabus kepada guru karena dirasa terlalu memberatkan. Penghapusan ini bertujuan agar guru bisa fokus menyampaikan materi kepada siswa. ”Silabus itu membuatnya tidak mudah, akibatnya sering muncul kasus copy-paste,” tutur Sukemi.

Selain itu, lanjutnya, dalam kurikulum 2013 tidak ada istilah penjurusan untuk siswa sekolah menengah. Sebaliknya, sistem penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa akan diganti dengan sistem peminatan.

“Misalnya, siswa yang memiliki minat di bidang IPA tetap mempelajari ilmu sosial dan sejarah, namun porsi jam belajar untuk mata pelajaran IPA ditambah. Jadi, yang sebelumnya cuma belajar fisika tiga jam akan berubah jadi empat jam,” jelasnya.

Kepala Pusat Studi Sains dan Teknologi LPPM ITS Surya Rosa menambahkan  seminar tersebut dapat menjawab kerisauan akan substansi dari kurikulum 2013. Sehingga dapat memunculkan gagasan membuat sistem integrasi keilmuan di dalam perguruan tinggi yang sesuai dengan kurikulum 2013.

”Harus ada sistem yang mampu mengintegrasikan sains, teknologi, engineering, dan matematika untuk mahasiswa,” ungkap Surya. (endy)