Berita

Dampak Konflik Israel-Palestina, Harga Minyak Melonjak


NEW YORK, alumniITS:
Harga minyak dunia melonjak sejak Senin (19/11), karena meningkatnya kekerasan dalam konflik Israel-Palestina. Konflik tersebut memicu kekhawatiran baru tentang pasokan minyak mentah dari Timur Tengah.

Pasar juga mendapat dukungan dari prospek bahwa konsumen minyak utama Amerika Serikat akan menghindari apa yang disebut jurang fiskal pemotongan belanja dan kenaikan pajak otomatis pada 1 Januari, yang berisiko mendorong negara itu kembali ke resesi.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, melonjak US$2,36 dari penutupan Jumat (16/11) menjadi menetap di US$89,28 per barel.

Dalam perdagangan di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari melompat US$2,75, ditutup pada US$111,70 per barel. “Konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina, yang telah memicu kekhawatiran tentang pasokan minyak di seluruh kawasan Timur Tengah, terus menyediakan sumber utama dukungan terhadap harga,” kata analis GFT Markets, Fawad Razaqzada.

Juga mengangkat harga minyak mentah hari ini, berita bahwa anggota parlemen dari Republik dan Demokrat menunjukkan keinginan lebih untuk menemukan kompromi tentang kebijakan jurang fiskal AS, meskipun masih menghadapi tantangan besar,
imbuhnya

Analis Briefing.com mencatat bahwa kontrak WTI memperoleh dukungan dari penguatan di pasar ekuitas, konflik Timur Tengah, dan indeks dolar yang melemah.  Melemahnya mata uang AS membuat minyak yang dihargakan dalam dolar cenderung
mendorong permintaan untuk emas hitam.

Hari keenam serangan Israel pada Senin menewaskan 24 orang warga Palestina, menjadikan korban tewas di Gaza melampaui 100 orang sehingga Sekjen PBB Ban Ki-moon berupaya menengahi gencatan senjata untuk mengakhiri kekerasan terburuk dalam empat tahun terakhir.

Analis Capital Economics Julian Jessop mengatakan, para pedagang khawatir tentang apakah Israel akan melancarkan serangan darat dan apakah produsen minyak mentah utama Iran akan terseret ke dalam konflik. “Masalah yang lebih luas adalah risiko bahwa konflik menyebar, mungkin meliputi serangan Israel terhadap Iran,” kata Jessop.  (endy – [email protected])