Berita

Banjir, Harga SUN Mengkhawatirkan

JAKARTA, alumniITS – Pergerakan harga surat utang negara (SUN) kembali tertekan akibat masih tingginya kekhawatiran terhadap kondisi neraca pembayaran indonesia dan bencana banjir yang menenggelamkan sejumlah area strategis di Ibu Kota.

Berdasarkan data valuasi harian Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Jum’at (18/1), indeks harga SUN ditutup melemah 0,51% ke level 134,438 sedangkan indeks total return terkoreksi 0,48% ke level 192,980.

Pelemahan kedua indeks tersebut mendorong penaikan indeks efektif yield sebesar 0,99% ke level 5,68% dari posisi sebelumnya 5,63%.

Pada penutupan perdagangan kemarin, Kamis (17/1), semua seri SUN benchmark tertekan turun antara 4,1 basis poin-13,5 basis poin. Harga SUN benchmark bertenor panjang seperti FR0064 dan FR0065 mengalami koreksi paling cepat dibandingkan dengan seri lainnya. Hal ini mengindikasikan memburuknya ekspektasi investor terhadap kondisi ekonomi saat ini.

“Pasar kembali tertekan kemarin seiring dengan masih tingginya kekhawatiran pasar terhadap kondisi neraca pembayaran Indonesia. Sentimen negatif bertambah setelah kemarin terjadi banjir di Jakarta,” tulis tim riset IBPA.

Koreksi pasar SUN juga terdorong oleh semakin turunnya kepemilikan asing di pasar domestik yang mana per 14 Januari, dana asing turun 1,11% dari awal tahun menjadi Rp268,53 triliun atau setara 32,91% dari posisi pada awal tahun 33,1%.

“Tren penurunan kepemilikan asing ini diperkirakan terjadi akibat sebagian investor asing ingin melakukan ambil untung [profit taking] di pasar SUN. Investor ingin mengantisipasi penurunan harga obligasi sehinga menjual SBN saat ini,” ujar tim riset IBPA.

Masih dominannya sentimen negatif di pasar mendorong total volume perdagangan kembali turun dari hari sebelumnya. Total volume perdagangan tercatat turun –17,8% dari Rp3,6 triliun menjadi Rp2,9 triliun sementara total frekuensi perdagangan juga tercatat turun –19,8% dari 343 transaksi menjadi 275 transaksi.

ORI009 menjadi obligasi pemerintah teraktif dengan total frekuensi sebanyak 48 kali dan volume sebesar Rp151 milliar. Untuk obligasi korporasi teraktif dicatatkan oleh Obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Permata Tahap II Tahun 2012 (BNLI01SBCN2) dengan total frekuensi sebanyak 13 kali dan volume sebesar Rp114 milliar. ([email protected])