Berita

Anugerah Aspire bagi Peneliti Kelautan

MEDAN, alumniITS.com – Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) memberikan anugerah “Aspire” (the APEC Science Prize for Innovation, Research and Education) untuk peneliti muda asal Australia, Dr Carissa Klein, yang meneliti tentang konservasi kelautan.

“Pilihan terhadap Carissa Klein sebagai pemenang sangat tepat, karena hasil risetnya memang digunakan mengeluarkan
kebijakan konservasi laut,” kata Menteri Riset dan Teknologi Gusti M. Hatta yang menyerahkan penghargaan tersebut pada pertemuan pejabat senior ke-3 (SOM3) APEC di Medan, Senin (1/7) malam.

Gusti berharap, kemenangan Klein ini dapat memacu para peneliti laina, khususnya peneliti Indonesia, untuk meneliti berbagai hal yang mampu mengubah kebijakan dan berdampak baik bagi masyarakat.

Carissa Klein dari University of Queensland, Australia,  menyambut bahagia penghargaan senilai 25 ribu dolar AS itu  atas risetnya tentang keseimbangan antara keanekaragaman hayati dan kemampuan ekonomi masyarakat.

“Adalah penting membuat kebijakan yang cermat untuk sebuah zona di mana terdapat biota laut langka, sekaligus menjadi area penangkapan ikan masyarakat. Konservasi juga harus mempertimbangkan imbalan ekonomi bagi masyarakat setempat,” kata dia seperti dilansir laman antara, Selasa (2/7).

Menurut Deputi Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Kemristek, Agus Rusyana Hoetman, yang menjadi Ketua
Pertemuan Chief Science Advisors bersama Peter Gluckman dari Selandia Baru, pemenangnya dipilih oleh 21 anggota Kelompok Kerja Kemitraan Kebijakan untuk Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Inovasi (PPSTI) APEC.

Peneliti tersebut, ujar dia, selain harus muda, di bawah 40 tahun, juga memiliki banyak publikasi yang kualitasnya baik dan mampu memberi solusi. Selain itu, topik riset yang diajukan sesuai dengan tema APEC tahunan yang diajukan negara tuan rumah.

“Pemenangnya dipilih dari tujuh nominee yang terseleksi, termasuk dari Indonesia, Dr Tonni Agustiono Kurniawan. Hasil
riset ilmuwan asal Indonesia ini bagus. Tapi, ternyata ada yang lebih bagus, jadi dia hanya cukup jadi yang nomor dua,”
kata Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional Nada Marsudi.

Riset Tonni dari United Nations University itu, berbicara tentang air limbah dan purifikasi air, khususnya aplikasi teknologi untuk melepas logam berat dari air yang terkontaminasi.([email protected])